Cerbung
oleh Anne Heryane
Malam terus merangkak. Nadya mencoba memejamkan mata. Ia berharap segera masuk ke alam mimpi. Tetapi, pikiran yang bercabang-cabang membuatnya sulit terlelap.
Sambil merebahkan badan, Nadya menatap kosong lampu yang menggantung di langit-langit kamar. Kilat bayangan drama yang baru saja terjadi antara dia dan suami mengocok isi kepala.
"Nad, lelaki itu sudah pergi, kau puas?" Sebuah suara berasal dari dalam dirinya memulai percakapan.
"Ya, tentu. Aku lega bisa terbebas darinya. Aku ingin memulai hidup baru tanpa kehadiran lelaki itu"
"Tidakkah perlakuanmu kepada Firman berlebihan? Kau telah menyakiti hatinya."
"Biar saja aku tak peduli. Dia pun tak begitu mempedulikan aku dan Rendy."
"Kau yakin akan bahagia tanpa lelaki yang pernah mencuri hatimu itu? Lalu, bagaimana dengan anakmu?"
"Aku yakin, lihat saja nanti! Mengenai Rendy, entahlah, tetapi suatu saat nanti anak itu pasti mengerti atas apa yang kulakukan ini!"
"Jadi, kau benar-benar mantap berpisah dengannya, Nad? "
"Ya, fix! "
Wanita itu mengangguk mengamini pertanyaan dari sudut hati. Percakapan batin itu pun berakhir pada sebuah kemantapan hati bahwa ia benar-benar ingin berpisah.
Nadya melingkarkan tangan kanan memeluk sang buah hati yang berusia empat tahun di samping kiri. Lalu, matanya terpejam. Nadya melalui malam itu tanpa Firman di sisinya.
Posisi tidur wanita itu tak seperti biasa. Tak sadar, ia sebentar miring ke kiri lalu ke kanan, seolah tak kunjung menemukan posisi yang nyaman. Nadya telah membawa perasaan gelisah dalam tidurnya.
🍁🍁🍁
Malam sunyi. Jalanan tampak lengang. Firman mengendarai motor bebek butut dengan perasaan kusut. Ia tak tahu harus ke mana. Ia terus berpikir keras menemukan tempat tujuan sekadar tempat untuk tidur barang semalam atau beberapa malam sebab tubuhnya sudah terasa sangat lunglai.
Hanya satu rumah yang selalu terpikir untuk menjadi tempat kembali. Ya, itulah tempat tujuannya kini. Ia harus menempuh perjalanan sekitar 15 menit agar sampai di rumah itu. Ia melaju dengan kecepatan sedang ke tempat yang dituju. Pikirannya tentang Nadya menari-nari di kepala bersama laju kendaraan sampai akhirnya tiba di pekarangan rumah.
"Assalammualaikum!" ucap lelaki itu seraya mengetuk-ketuk pintu rumah berwarna coklat tua.
Lama tak ada jawaban. Wajar pikirnya karena memang sudah tengah malam. Tentu para penghuni rumah sudah tertidur.
Beberapa menit kemudian di balik kaca, seorang wanita sepuh menyibakkan sedikit sisi tirai di dalam rumah. Dahinya mengernyit mengetahui putranya berdiri di depan pintu rumah di tengah malam. Cekrik dibukalah pintu itu. Lelaki itu bergegas masuk.
Firman meraih tangan wanita yang telah melahirkannya itu lalu mencium punggung tangannya.
Firman meraih tangan wanita yang telah melahirkannya itu lalu mencium punggung tangannya.
"Bu, izinkan Firman menginap di sini ya!" pinta lelaki itu.
"Kamu bertengkar lagi sama Nadya?" tanya ibu seolah mengetahui apa yang telah terjadi antara Nadya dan Firman.
"Begitulah. Nanti saja Firman cerita ya, Bu. Sekarang Ibu tidur aja dulu," bujuknya dengan mata berkaca-kaca.
Sang Ibu menuruti anjuran putra semata wayangnya itu. Ia kembali menuju kamar tidur utama.
Firman mengempaskan badannya ke atas kasur di kamar yang menyimpan sejuta kenangan semasa muda. Ia merasakan kepenatan yang luar biasa.
🍁🍁🍁
(bersambung)
#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#TantanganPekan8
#Cerbung
"Kamu bertengkar lagi sama Nadya?" tanya ibu seolah mengetahui apa yang telah terjadi antara Nadya dan Firman.
"Begitulah. Nanti saja Firman cerita ya, Bu. Sekarang Ibu tidur aja dulu," bujuknya dengan mata berkaca-kaca.
Sang Ibu menuruti anjuran putra semata wayangnya itu. Ia kembali menuju kamar tidur utama.
Firman mengempaskan badannya ke atas kasur di kamar yang menyimpan sejuta kenangan semasa muda. Ia merasakan kepenatan yang luar biasa.
🍁🍁🍁
(bersambung)
#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#TantanganPekan8
#Cerbung
Komentar
#semangat
😍