Langsung ke konten utama

Jumat Tenang

Flash Fiction (Inspired By A True Story) 
oleh Anne Heryane


sumber: www.google.com

Azan berkumandang pada Jumat siang yang cerah. Langit tampak begitu tenang membuai kapas-kapas putih yang berarak. Aku bergegas membasahi wajah, tangan dan kaki dengan air wudhu. Kemudian, aku berjalan menuju aula masjid yang cukup megah itu.

Aku duduk di saf ketiga dan menyimak dengan tenang khutbah sang imam. Lelaki yang berdiri di mimbar itu memakai gamis putih bersih nan wangi. Sebuah peci putih melekat di kepalanya. Menampakkan dahinya yang agak hitam. Di pundaknya menggantung sorban hitam putih. 

Sorot matanya memancarkan keshalihan. Keriput di wajahnya menyiratkan bahwa telah separuh abad ia menyelami masa hidupnya. Nasihat-nasihat bijak mengalir dari lisannya. Sungguh menyejukkan kalbu.

Usai berkhutbah, sang imam pun berdiri untuk memulai shalat Jumat. Takbir menggema diiringi gerakan takbiratul ihram. Lantunan ayat suci membahana. Dengan tenang sang imam melakukan gerakan demi gerakan dalam salat, ruku, itidal, juga sujud berikut bacaanya.

Masuklah pada rakaat kedua. Bibir bergetar mengucap Takbir. Kedua tangan diangkat hingga ibu jari sejajar telinga lalu disimpan di dada. Surat Al-Fatihah mengalun dengan begitu lembut dan syahdu. Tetiba keheningan menyergap. Lama terdiam.

Hatiku bertanya-tanya, "Ada apakah gerangan?" Lamat-lamat kudengar seperti suara benda berat terjatuh, Bruuuuggg. Lelaki itu ambruk dengan posisi bersujud. 

Seorang makmum yang berdiri tepat di belakangnya dengan sigap melangkah dan melanjutkan bacaan salat dengan nyaring. Tak kalah merdunya dengan bacaan sebelumnya. Prosesi salat Jumat terus berjalan sampai tuntas. Diakhiri salam, zikir, dan doa-doa.

Lelaki itu masih bersujud. Sang imam pengganti pun memeriksa embusan napas dan degup jantungnya. Terdengarlah dia berucap, "Innalillahi Wa inna ilaihi Rajiun!" Aku terhentak lalu menarik napas amat panjang. 

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. AlFajr, 27-30)


#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost

Komentar

Riana mengatakan…
Innaa Lillahi😢
nyittt mengatakan…
Aku merinding tiap baca atau melihat cerita seperti ini, berharap meninggal dalam keadaan husnul khatimah juga
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Amiin...insya Allah Khusnul Khotimah 😇

Terima kasih sudah berkunjung 😊
Ashima Meilla Dzulhijjah mengatakan…
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun...
Mak 'Nces mengatakan…
Ya Allah...gemuruh hebat hati saya membaca tulisan ini kakak 😭😭😭
eko endri wiyono mengatakan…
Keren Kakak luar biasa #semangat
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih 😍😍
atiq - catatanatiqoh mengatakan…
aku merinding bacanyaaa :) bagus nih menggambarkan suasanya, syahdu :)

cerita nyatakah?

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. Di balik tirai tipi

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil tiga orang pandai dan

Puing-Puing Hati

Cerbung oleh Anne Heryane indipendent. co. uk "Pergi dari sini. Aku sudah muak hidup sama kamu!"  Nadya membuncahkan kekesalannya kepada ayah dari putra tersayangnya yang masih balita itu.  Lelaki berperawakan tinggi kurus itu hanya duduk termenung, meresapi ucapan wanita yang telah mendampinginya selama lima tahun. Kata-kata itu begitu menohok ulu hati. Beberapa potong baju kemeja dan celana panjang dilemparkan Nadya ke arahnya. "Nih,  bawa semua baju kamu. Aku ingin kita cerai!" jerit wanita berusia 30 tahun itu.  Bagaikan disambar petir, ucapan Nadya membuat Firman terhenyak. Dadanya sesak. Namun, ia harus menghadapinya. Lelaki itu sadar bahwa ia selama ini belum mampu membahagiakan istrinya. Ia bergeming dengan perlakuan istrinya. Rasanya tak percaya jika rumah tangganya diterjang amukan badai sedahsyat ini.  Nadya benar-benar kalut. Ia melontarkan semua rasa yang selama ini singgah. Ada rasa sedih, kesal, benci, marah. Ia tela