Langsung ke konten utama

Jenuh

Puisi
oleh Anne Heryane
Kepridays. Co. Id

Di Musim Pancaroba
Aku merajut benang sensori 
Menyatukan garis bumi dan langit
Namun, hanya mewujud 
Bola kusut di kepala

Jenuh menggumpal tak jua terurai
Hanya belenggu kian menghantam
Dada pun mencengkram keluh
Membunuh ombak ruh kehidupan

Ingin rasanya menabrak dinding beku 
Agar membuncah partikel jiwa
Yang terlilit peluh
Atau biarlah melempar raga 
Pada telaga air mata 
Agar terempas segala noktah hati

Menganyam hari mengemban janji
Sebagai istri dan ibu sejati
Bukankah itu asa yang terhujam?
Mengapa meluruh?
Mengapa tersedu? 

Seharusnya tak ada kata letih
Semestinya tak kau kibarkan bendera putih

Selami mata-mata bening itu
Sekali lagi
Tiadakah rindu melaju?
Tiadakah bunga merekah? 

Lihat pelangi di sudut muara itu!
Bukan, bukan fatamorgana
Yang hilang saat kau menepi
Tetapi, selaksa cinta di nirwana

Simpan saja resah di balik puisi
Biarkan kisah bersuara
Bertabur butir mutiara 


Rancamanyar, Bandung
Ahad, 27 Oktober 2019


#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7



Komentar

atiq - catatanatiqoh mengatakan…
wah mantap nih puisinya :)
khofiyaarizki mengatakan…
menyiratkan kelelahan ibu rumah tangga.. :( kaka full time housewife ? sehat selalu ya kak.. happy happy selalu.. :')
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Betul Ka 😬😬 Amiin.

Terima kasih ya semuanya 😇

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil ti...

Masih Adakah Cinta? (Bagian 2)

Romance Fiction Usai berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak, Merry pun kembali berjalan menuju rumahnya. Ia melewati Boulevard Street. Nama jalan di depan rumahnya, sebuah jalan khusus di kompleks elit yang pemiliknya rata-rata keturunan bangsawan Inggris.  Setelah sampai di rumah dua lantai dengan gaya arsitektur Eropa lama, Merry disambut oleh dua pelayannya berseragam hitam putih. Mereka sedikit membungkukkan badan melihat kedatangannya. Merry membalasnya dengan anggukan dan senyuman.  "July tolong bawa bahan-bahan masakan ini ke dapur. Kamu temani saya nanti masak ya!" serunya kepada seorang pelayan wanita yang berusia setengah baya.  "Baik, Nyonya!" sahut pelayan bertubuh gempal itu.  Merry selalu ingin menghidangkan makanan spesial untuk Andi dengan tangannya sendiri.  "Jessi, tolong kau rapikan meja makan ya.   Jangan lupa beri hiasan bunga mawar di tengahnya. Tambahkan pula dua buah lilin aromatik! " ...