Langsung ke konten utama

Jasamu Guru

Cerita Pengalaman
oleh Anne Heryane
Foto: www.Jawapos.com

Kita jadi bisa menulis dan membaca
karena siapa? 

Kita jadi tahu beraneka bidang ilmu
dari siapa? 

Kita jadi pintar
dibimbing Pak Guru

Kita jadi pandai 
dibimbing Bu Guru

Guru bak pelita
Penerang dalam gulita

Jasamu tiada tara

Terima kasih Pak Guru
Terima kasih Bu Guru

Jasamu kukenang selalu

(Lirik Lagu "Jasamu Guru")

Siapa nih yang bisa menyanyikan lagu ini? Ini lagu yang sering tayang di TVRI tahun 90-an. Ada yang tahu? Pasti yang sekarang sudah jadi ibu-ibu atau bapak-bapak pernah mendengar lagu ini. Anak muda milenial perlu juga mengenal lagu klasik ini. Pesan serta makna di dalamnya bagus sekali. 

Lagu "Jasamu Guru" memang salah satu lagu yang mengingatkan kita untuk senantiasa menghargai dan menghormati jasa-jasa guru. Aku suka lagu ini karena selain enak dinyanyikan juga membuat suasana hati terhanyut. Ya, aku jadi merasa agak sedih saat menyanyikannya karena teringat guru-guru yang mengajarku sejak zaman TK.

Memang tidak semua guru sebetulnya yang kita ingat karena keterbatasan memori. Ada guru yang memang sangat berkesan dalam kehidupan kita. Namun, bukan berarti kita melupakan jasa guru-guru lainnya.

Aku masih ingat loh beberapa nama guru semasa sekolah. Kalau kamu masih ingat nama guru-gurumu tidak? Ketika di taman kanak-kanak, ada guruku namanya, Bu Iis dan Bu Neneng. Mereka guru yang sangat cantik, lembut, sabar, dan penuh perhatian.

Ketika di SD, ada Bu Noneng (Alm.) dan Bu Rohanah (Alm.). Mereka wali kelasku yang baik hati. Saat mengajarku dulu, mereka memang sudah agak sepuh, tetapi aku sangat takjub dengan semangat dan pengabdiannya. Apalagi beliau-beliau ini guru di SD negeri yang pasti jumlah siswanya sangat banyak. Dalam satu kelas kurang lebih ada 30-40 siswa. Terbayang kan, bagaimana harus mengatur agar siswa-siswa tetap tertib di kelas? Padahal usia sekolah dasar itu adalah usia anak yang sedang aktif-aktifnya dan sulit duduk tertib dalam kurun waktu lama. 

Guru SMP-ku ada namanya Pak Andi. Beliau guru bahasa Indonesia. Aku sangat suka dengan gaya mengajarnya yang santai tapi serius. Ada juga guru kesenian namanya Pak Ganda, aku ingat karena beliau pernah menjewerku di depan kelas. Entahlah, aku lupa kesalahanku waktu itu apa, hehe. 

Aku juga ingat ada guru fisikaku bernama Pak Apep. Beliau paling suka menyuruh siswanya mengerjakan LKS Fisika yang membuat pusing tujuh keliling. Banyak lagi guru lain yang masih terbayang wajah-wajah dan karakter khasnya di kelas. Mereka menurutku guru-guru yang luar biasa. 

Tatkala duduk di bangku SMA, aku ingat guru agama yang senang sekali bercanda di kelas, namanya Pak Taufik (Alm). Kalau ada beliau di depan kelas, perutku rasanya terus dikocok-kocok. Ada juga Bu Neneng Mandalis guru bahasa Indonesia yang masih cantik dan langsing meskipun sudah berumur. Paling suka pas pelajaran bahasa Indonesia dengan beliau adalah duduk berkelompok dan berdiskusi di kelas. Di sinilah aku belajar berbicara dan mengemukakan pendapat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ada Bu Rina, guru biologi yang sering sekali bercerita tentang tingkah laku anak-anaknya dibandingkan materi pelajaran biologi  dan banyak lagi guru-guru keren yang tak bisa kusebutkan satu per satu. 

Tak hanya ilmu duniawi sejak kecil pun aku diajarkan ilmu agama oleh beberapa ustaz dan ustazah di daerah tempat tinggalku. Dulu aku tinggal di daerah Kopo, Bandung. Ada Pak Haji Aan, Pak Mamat, Pak Sofyan, Bu Evi, Pak Yayan, dan banyak lagi. Mereka mengajarkan cara membaca Alquran, Fikih, Akidah Akhlak, Ibadah Syariah, Sejarah Islam, Hadist, Bahasa Arab, dll. Inilah ilmu yang amat sangat berguna dan bermanfaat untuk kehidupanku kelak. 

Masya Allah... guru-guruku, engkau sangat mulia. Jasa-jasamu takkan kulupakan. Karena ilmu darimulah, aku bisa membaca dan menulis. Karena jasamulah aku bisa mengerti banyak hal. Karena jasamulah aku pun mengikuti jejakmu menjadi seorang guru sepertimu. Syukur dan terima kasih kuucapkan kepada semua guru-guru yang mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Barakallah guru-guruku. Semoga Allah memberkahimu selalu. Amiin





#KomunitasODOP
#OneDayOnePost
#ODOPBatch7

Komentar

eko endri wiyono mengatakan…
Mantap Kakak keren sekali #semangat
Ashima Meilla Dzulhijjah mengatakan…
Masya Allah, guru adalah pahlawan tanpa jasa...

Aku juga masih ingat nama-nama mereka.

Aku baru tahu kak lagu ini. Maklumlah tahun 90'an belum ada tv, pas udah ada tv pake antena yang hanya bisa kurang lebih tiga channel hehe
Ezza Echa Tania mengatakan…
apa cuma aku yg nggak tau lagu ini? hehee
atiq - catatanatiqoh mengatakan…
hihii.. aku langsung otomatis nyanyi loh pas baca paragraf pembuka hahaa *ketahuan generasi berapa nih :)
pamorsinta mengatakan…
paragraf ketiga kayaknya terlalu banyak kata kita ya...
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih kritik sarannya ya teman-teman. Terima kasih sudah membacanya.
Mak 'Nces mengatakan…
Lagu yang selalu dinyanyikan di kampus pelangi ceria tempat saya ngajar kakak 😍🤗 anak-anak suka sekali jika menyanyikan lagu itu 😂
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Wahh... Sama anakku jg yang masih TK suka lagu ini Ka 😊

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil ti...

Masih Adakah Cinta? (Bagian 2)

Romance Fiction Usai berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak, Merry pun kembali berjalan menuju rumahnya. Ia melewati Boulevard Street. Nama jalan di depan rumahnya, sebuah jalan khusus di kompleks elit yang pemiliknya rata-rata keturunan bangsawan Inggris.  Setelah sampai di rumah dua lantai dengan gaya arsitektur Eropa lama, Merry disambut oleh dua pelayannya berseragam hitam putih. Mereka sedikit membungkukkan badan melihat kedatangannya. Merry membalasnya dengan anggukan dan senyuman.  "July tolong bawa bahan-bahan masakan ini ke dapur. Kamu temani saya nanti masak ya!" serunya kepada seorang pelayan wanita yang berusia setengah baya.  "Baik, Nyonya!" sahut pelayan bertubuh gempal itu.  Merry selalu ingin menghidangkan makanan spesial untuk Andi dengan tangannya sendiri.  "Jessi, tolong kau rapikan meja makan ya.   Jangan lupa beri hiasan bunga mawar di tengahnya. Tambahkan pula dua buah lilin aromatik! " ...