Langsung ke konten utama

Masih Adakah Cinta? (Bagian 2)

Romance Fiction


Usai berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak, Merry pun kembali berjalan menuju rumahnya. Ia melewati Boulevard Street. Nama jalan di depan rumahnya, sebuah jalan khusus di kompleks elit yang pemiliknya rata-rata keturunan bangsawan Inggris. 

Setelah sampai di rumah dua lantai dengan gaya arsitektur Eropa lama, Merry disambut oleh dua pelayannya berseragam hitam putih. Mereka sedikit membungkukkan badan melihat kedatangannya. Merry membalasnya dengan anggukan dan senyuman. 

"July tolong bawa bahan-bahan masakan ini ke dapur. Kamu temani saya nanti masak ya!" serunya kepada seorang pelayan wanita yang berusia setengah baya. 

"Baik, Nyonya!" sahut pelayan bertubuh gempal itu. 

Merry selalu ingin menghidangkan makanan spesial untuk Andi dengan tangannya sendiri. 

"Jessi, tolong kau rapikan meja makan ya.   Jangan lupa beri hiasan bunga mawar di tengahnya. Tambahkan pula dua buah lilin aromatik! "

"Siap,  Nya," Jawab seorang pelayan yang masih muda belia itu. 

Merry melirik jam dinding besar dengan sebuah bandul panjang di bawahnya. Jarum jam pendeknya menunjuk angka 5.

"Ah, sudah sore ternyata. Baiknya aku segera mulai memasak," imbuhnya. 

Merry dan seorang pelayannya pun sibuk memasak serta menyiapkan makan malam. 

"Malam ini akan menjadi malam yang amat spesial" Merry berucap dengan penuh keyakinan. Sinar matanya memendar harapan dan mimpi yang indah. 

"Nya, kalau boleh saya bertanya, untuk apa Nyonya capek-capek menyiapkan semua ini, biar saya saja. Bukankah ini tugas saya?"

"Ga apa-apa kok. Ini adalah hari yang istimewa. Hari ini adalah tepat hari kelahiranku di tahun ini, Jul "

"Oh,  Nyonya ulang tahun ya,  Selamat ya, Nya. Moga aja sehat selalu, tambah sukses dan bahagia."

"Terima kasih ucapan selamatnya ya, Jul!" Tutur Merry.

"Pasti Tuan Andi memberikan kado istimewa juga nih buat Nyonya."

"Iya Jul,  itulah yang diharapkan seorang istri dari suaminya, sebuah perhatian yang tulus dan dalam, sebuah cinta dan kesetiaan, serta sikap menghargai akan kehadiran istri di samping suaminya," 

"Bukan sebatas ucapan selamat dan kado istimewa,  namun di baliknya ada sebuah pesan bahwa betapa berartinya kehadiran seorang istri bagi suaminya itu," tutur wanita itu. 

"Barangkali semua orang tidak peduli dengan kehadiran diri kita, itu bukanlah masalah besar sepanjang keluarga mencintai kita," ujar Merry sambil sesekali melirik Jully yang sedang mencuci buah dan sayuran. Sementara Merry mengiris bawang. 

"Namun,  yang terasa paling menyedihkan adalah ketika orang terdekat apakah itu istri atau suami justru tak peduli dan tak menghargai keberadaan diri kita."

Jully manggut-manggut mendengarkan penjelasan majikannya itu. 

"Iya pastinya akan terasa sangat sakit jika tak diperhatikan oleh pasangan hidup sendiri. "

"Tapi saya yakin Tuan Andi sangat perhatian dan mencintai nyonya sepenuh hati."

Merry tersenyum manis. Hatinya memanglah mengharapkan demikian. 

***
(Bersambung)

#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7

Komentar

Riana mengatakan…
Ceritanya bagus😍 tapi bagaimana kalau kata amat diganti dengan sangat. Kayaknya lebih pas dengan kata sangat. Sedikit masukan ya teh, maaf! 🙏
khofiyaarizki mengatakan…
semoga bukan kisah nyata :')
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Makasih masukannya Mbak Riana. Makasih kunjungannya Kak Rizki. Fiksi bukan, ya? Hehe
Ashima Meilla Dzulhijjah mengatakan…
Rasanya aku mencium aroma-aroma kesedihan.
Semoga tidak y 😊😊😊😊

Bagus ka ceritanya, bikin penasaran kelanjutannya
eko endri wiyono mengatakan…
Mantap kak #semangat
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih atas kunjungannya. Instingnya tajam sekali mbak @ashima 😄😄
Mak 'Nces mengatakan…
Lanjutkan kak 😍
pamorsinta mengatakan…
di tunggu cerita berikutnya yaa
akhybrewok mengatakan…
Bersambung Lagi

D tunggu
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih teman-teman sudah membaca cerita saya 😄😄
temansenja.com mengatakan…
pemilihan katanya membuatku terhanyut dalam cerita
Novita mengatakan…
Penasaran kak
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih sudah membaca ya

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. Di balik tirai tipi

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil tiga orang pandai dan

Puing-Puing Hati

Cerbung oleh Anne Heryane indipendent. co. uk "Pergi dari sini. Aku sudah muak hidup sama kamu!"  Nadya membuncahkan kekesalannya kepada ayah dari putra tersayangnya yang masih balita itu.  Lelaki berperawakan tinggi kurus itu hanya duduk termenung, meresapi ucapan wanita yang telah mendampinginya selama lima tahun. Kata-kata itu begitu menohok ulu hati. Beberapa potong baju kemeja dan celana panjang dilemparkan Nadya ke arahnya. "Nih,  bawa semua baju kamu. Aku ingin kita cerai!" jerit wanita berusia 30 tahun itu.  Bagaikan disambar petir, ucapan Nadya membuat Firman terhenyak. Dadanya sesak. Namun, ia harus menghadapinya. Lelaki itu sadar bahwa ia selama ini belum mampu membahagiakan istrinya. Ia bergeming dengan perlakuan istrinya. Rasanya tak percaya jika rumah tangganya diterjang amukan badai sedahsyat ini.  Nadya benar-benar kalut. Ia melontarkan semua rasa yang selama ini singgah. Ada rasa sedih, kesal, benci, marah. Ia tela