Romance Fiction
Semua makanan untuk makan malam sudah tersaji di meja makan. Ditatalah meja itu secantik mungkin. Meja berbentuk bulat itu dilapisi kain putih bersih berenda. Terdapat vas kaca berisi lima tangkai bunga mawar merah di tengahnya.
Di samping vas, berdiri dua buah lilin aromatik ungu yang menyebarkan wangi Lavender. Dua buah kursi diletakkan di sebelah pinggir meja dengan arah berlawanan.
Mulai terdengar samar alunan instrumen lagunya Christina Perrie, "A Thousand Years". Itu adalah lagu kenangan Merry dan Andi saat pertama bertemu.
Cahaya di ruangan itu pun dibuat minimal. Tempat itu mirip ruang makan VIP dengan suasana romantis di sebuah restoran ternama.
Cahaya di ruangan itu pun dibuat minimal. Tempat itu mirip ruang makan VIP dengan suasana romantis di sebuah restoran ternama.
Merry telah siap menyambut kedatangan suaminya. Ia duduk dengan anggun. Gaun malamnya yang dikenakannya berwarna merah menyala. Dengan sedikit sentuhan make up, wajahnya menjadi mirip dengan Kate Middleton. Siapa pun takkan menyangka bahwa itu adalah Merry. Wanita berhijab yang tetap cantik meski tanpa make up.
"Sayang, aku menunggumu, cepat pulang, ya!" Sebuah pesan via whatsapp dikirimkannya kepada Andi.
Drrt...ddrt...drrt.... Dengan sigap Merry mengecek layar HP-nya. Merry mendapat pesan balasan dari Andi.
"Maaf, Sayang! Tampaknya hari ini aku pulang agak larut malam, masih ada pekerjaan di kantor."
"Aku sudah menyiapkan makanan kesukaanmu!" Merry membalas pesannya lagi.
"Baiklah, tunggu saja, semoga pekerjaannya bisa selesai cepat!"
"Oke, Sayang!" jawabnya.
Binar wajah Merry yang sedari tadi memancarkan keceriaan mulai sedikit meredup. Dugaannya semakin kuat. Memang ada yang berubah dari pria itu.
Akhir-akhir ini, Ia tak begitu banyak memberikan perhatiannya kepada Merry. Ia sepertinya lebih mencintai pekerjaannya, pikir wanita itu atau mungkinkah ada hal lain yang membuatnya lebih betah berada di sana? Entahlah. Pikiran Merry bertambah resah.
"Astagfirullah, aku tak boleh memikirkan hal yang tidak-tidak tentang suamiku!" bisiknya sambil mengusap mukanya.
"Baiknya kutunggu saja Andi," ucapnya lagi walau sebenarnya perutnya sudah keroncongan.
Merry sudah tampak gelisah. Sebentar-sebentar duduk lalu berdiri lagi sambil melirik jam dinding dan menoleh ke arah pintu masuk.
Tak terasa tiga jam berlalu dari waktu percakapan Merry dan suami via Whatsapp. Malam pun semakin larut dan dingin.
Merry duduk membungkuk sambil melipat tangannya di atas meja. Ia menyandarkan kepala di atas tangannya. Ia sudah merasa lelah menunggu.
Namun, ia tetap menunggu sampai rasa kantuk menyerang. Ia lalu memejamkan mata. Batinnya tersedu-sedu. Ia tak menyangka, seseorang yang paling dekat dengannya justru mencampakkannya.
Dinding cinta dan harapan yang sedikit demi sedikit dibangunnya serta merta roboh. Bulir-bulir bening pun berjatuhan di sudut netranya. Ia tak sanggup lagi membendung perasaan yang mengguncang dadanya itu.
Lagu Christina Perrie masih mengalun lembut dan itu membuat perasaannya semakin terpuruk. Jauh di lubuk hatinya, sebuah pertanyaan menyeruak. "Masih adakah cinta untukku?" Merry benar-benar tenggelam dalam kesedihan yang mendalam sebab kini ia telah tahu jawabannya.
Lagu Christina Perrie masih mengalun lembut dan itu membuat perasaannya semakin terpuruk. Jauh di lubuk hatinya, sebuah pertanyaan menyeruak. "Masih adakah cinta untukku?" Merry benar-benar tenggelam dalam kesedihan yang mendalam sebab kini ia telah tahu jawabannya.
Malam kelam telah sempurna menyelimuti hatinya yang pilu. Udara dingin semakin menusuk tulang sekaligus ulu jantungnya. Cinta dan harapan indah pun tersapu bekunya gelap malam.
***
Selesai
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
#GrupKairo
Komentar
Yaaah beneran selesai?
Keren kak
😊😊