Langsung ke konten utama

Pilih Fiksi atau Nonfiksi?

Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik” (Hernowo)


Sumber: pixabay. com

Kalau kamu diminta menentukan genre tulisanmu, bingung tidak sih? Kalau tidak, ya bagus. Berarti kamu betul-betul sudah mantap mengenal genre tulisanmu sendiri. Kalau masih ada yang bingung, mudah-mudahan tulisan ini sedikit banyak membantu menghilangkan kebingungan itu.

Untuk menjawab pertanyaan mengenai genre tulisan, fiksi atau nonfiksi, bagiku tak sulit. Perhatikan saja jenis bacaanmu. Lebih banyak membaca buku-buku fiksi ataukah nonfiksi? Perhatikan pula apa yang sering kamu tulis dewasa ini.

Aku seringnya membaca buku-buku sejarah, tips dan trik, motivasi, pengetahuan umum, resep atau cara membuat sesuatu, biografi, otobiografi, resensi buku, artikel, opini, dsb. Tahu tidak? Apa yang kamu baca maka itulah yang akan kamu tulis, cukup simpel dan logis. Memang seperti itulah yang kurasakan. Karena aku banyak membaca buku-buku nonfiksi, jadilah tulisanku berbau fakta dan informasi.

Sejak dulu aku sering menulis tentang perasaan, pemikiran, mimpi-mimpi, dan kejadian yang kualami di buku catatan harianku (diary). Aku juga suka menulis artikel, esai, dan opini yang informatif. Di samping itu, aku suka menulis puisi berkaitan dengan pengalaman hidup dan tanggapan tentang lingkungan sekitar.

Meskipun begitu, bukan berarti aku tidak suka membaca dan menulis fiksi. Aku juga sebenarnya suka hanya saja tak sesering mengonsumsi sekaligus memproduksi tulisan nonfiksi. Setiap orang sebetulnya mempunyai kesukaan pada kedua jenis tulisan tersebut, hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Setiap genre tulisan itu tentu memiliki kelebihan tersendiri.

Apakah ada orang yang suka membaca buku nonfiksi, tetapi dia sering menulis genre fiksi atau sebaliknya? Ya, bisa jadi ada. Bahkan, mungkin saja ada juga orang yang memiliki kesukaan membaca dan kemampuan menulis yang baik pada kedua genre tulisan tersebut. Setiap orang itu unik. Kita tak bisa menyamaratakan kemampuan seseorang dengan orang kebanyakan, bukan?

Berikut adalah orang-orang yang memiliki kemampuan menulis, baik fiksi maupun nonfiksi, yang karyanya mendunia. 

1. Pramoedya Ananta Toer yang telah menghasilkan 50 karya diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa. Ia dikenal sebagai novelis dan esais.

2. Mochtar Lubis, dikenal sebagai novelis dan jurnalis. Ia mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award (1950) dan World Association of Newspapers' Golden Pen of Freedom Award (1967). 

3. Andrea Hirata, seorang novelis yang karyanya tersebar hingga ke 20 negara asing. 


4. Ayu Utami,  seorang novelis dan esais yang meraih penghargaan dari Belanda (Tahun 2000) atas karya Novel Saman. 

dan banyak lagi penulis produktif lainnya

Mereka adalah para penulis yang produktif menulis genre fiksi dan nonfiksi. Meskipun demikian, ada karya mereka yang lebih unggul di satu sisi apakah fiksi atau nonfiksi. Umumnya mereka mendapatkan banyak penghargaan atas karya fiksi mereka. 

Adakalanya aku merasa enggan menulis nonfiksi dan lebih memilih menulis fiksi. Ya, kupikir tulisan yang kita buat sangat bergantung pada tujuan menulis dan suasana hati (mood). Keduanya, baik menulis fiksi maupun nonfiksi, sebetulnya tidak dapat dipisahkan dan bersifat saling mengisi.

Jika lebih banyak menulis dengan genre nonfiksi, kita pun akan lihai menulis nonfiksi. Tulisan kita akan lebih memiliki power di genre tersebut. Efek sampingnya, kita menjadi tak begitu mahir pada saat menulis di genre lain. Bukan berarti tidak mampu, hanya saja terasa kurang ada ruh. Sehingga, perlu pendalaman dan pembiasaan menulis pada genre tulisan tersebut agar tulisan kita menjadi enak dan renyah dikonsumsi pembaca.

Bila kamu ingin menyajikan tulisan yang powerfull, kamu harus sering-sering menulis, entah fiksi ataupun nonfiksi, tergantung seleramu apa. Yang perlu dicatat dengan adanya pertanyaan ini (pilih fiksi atau nonfiksi?) adalah suatu saran dalam menulis bahwa kamu harus memfokuskan diri.

Dengan memfokuskan diri dan terus berlatih, kemampuan menulismu akan semakin terasah. Alhasil, tulisanmu akan bernas dan tajam setajam silet. Jangan kaget, kalau ada pembaca budiman yang jatuh cinta dengan tulisanmu.

Jadi, kamu pilih yang mana, fiksi atau nonfiksi?

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. [Imam Al-Ghazali]



#Tantanganpekan2
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost

Komentar

Dwi mengatakan…
bener sih kalau bisa keduanya kenapa harus hanya satu kan
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Mungkin biar lebih fokus ka. Seandainya kita mau belajar menulis pun, pasti ditanya, "Mau ikut kelas apa, fiksi atau nonfiksi?"
atiq - catatanatiqoh mengatakan…
jadi pilih mana nih? hehehe
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Pilih mana cobaaa? 😄😄

Postingan populer dari blog ini

Pekan Pertama Anak Bersekolah TK

                                  Foto: dok. pribadi Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu, melihat anak pertama kali masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak. Sebagai orang tua tentunya saya merasa antusias sekali menanti momen seperti ini. Begitu pula anak-anak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut penuh semangat menyambut hari pertamanya bersekolah.  Kali ini yang masuk sekolah taman kanak-kanak adalah putra ketiga kami, namanya Muhammad Azzam. Alhamdulillah tak terasa waktu berlalu hingga sampailah saat di mana anak bungsu kami mulai memasuki pendidikan formalnya, yakni sekolah TK.  Kami memutuskan untuk menyekolahkan Azzam di TK Amanah Bunda jaraknya kira-kira 150 meter dari rumah. Cukup dekat memang. Sekolah ini memiliki konsep pendidikan yang bag us. Guru-gurunya lulusan universitas ternama. Meski letaknya di desa dan biayanya cukup ramah di kantong, kualitasnya tak kalah dengan sekolah TK di ...

Asyiknya Bermain 2

Jalan-jalan kita pada sore hari ini adalah di sawah. Yeahh.. Senangnya menemukan tempat bermain yang luas dan sejuk. Apalagi di musim kemarau kayak sekarang ini banyak debu beterbangan. Fuih bikin sesak napas aja. So, tempat jalan-jalan asyik yaitu di area yang bernuansa hijau-hijau segar, seperti di sini nih. . . Ini kali kedua kita di area lapangan dekat sawah. Ga begitu jauh kok dari rumah, yaa sekitar 500 meteran lah. Enak banget suasananya. Luas dan natural. Apalagi sore hari sepi dari anak-anak yang suka bermain layangan. . . Happy deh rasanya lari-lari di sini. Jangankan anak-anaknya, sang ibu juga bahagia bisa lari-lari. Serasa baru saja menemukan kebebasan dan kemerdekaannya. Setelah pagi mpe siang berkutat dengan pekerjaan rumah tangga, akhirnya bisa menghirup udara segar di sore hari. Hehe . . Bermain di alam terbuka lebih menyenangkan dan menyehatkan loh terutama buat anak-anak. Selain mereka bisa mencium wanginya alam dan menghirup udara segar, mereka pun bisa be...

Izinkan Aku Memenuhi Panggilan-Mu

Oleh Anne Heryane Ada asa yang menghujam kuat menjadi buih rindu yang hebat. Rindu tuk memenuhi panggilan-Mu. Sempatkan aku beserta keluargaku ke Baitullah, Ya Rabb, sebelum Malaikat Izrail menyapa! Aku akan menunggu datangnya hari itu. Hari ketika kaki menjejak tanah suci. Hari ketika hati basah dengan air mata dalam sujud di Arafah memohon ampunan atas segala khilaf diri.Tatkala hati bergetar meriuhkan asma-Nya, kaki melangkah mengitari kabah, dan mencium Hajar Aswad diiringi gema kalimat Talbiyah. LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK, LAA SYARIIKALAKA LABBAIK, INNAL HAMDA WANNI’MATA LAKA WALMULK, LAA SYARIIKALAK. " Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujaan dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu." Inilah seruan Bapak para nabi, Ibrahim alaihi salam kepada hamba-hamba Allah untuk menyempurnakan keislamannya. Inilah wujud ketundukan d...