Langsung ke konten utama

Puing-puing Hati (Part 5-End)

Cerbung 
oleh Anne Heryane

"Akaaannng... jangan tinggalin Nadyaa...!" pintanya lirih. Hujan menderas dari pelupuk mata.

"Sstt... Nadya sayang. Tolong jangan seperti itu, Akang janji akan berusaha kembali," ungkapnya menenangkan, "Namun, kali ini akang butuh bantuanmu untuk melunakkan hati kedua orang tua."

"Apa yang harus Nadya lakuin, Kang? Nadya malu ketemu mereka. Nadya banyak salah sama akang!" ucapnya dengan bibir bergetar.

"Ssst... sudahlah, itu bukan sepenuhnya salahmu. Akanglah yang salah karena terlalu membebanimu. Akang janji akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi suami yang kau inginkan. Dengarlah, akang pun tak ingin berpisah denganmu, Sayang. Mari perjuangkan cinta kita!"

"Iya, Kang!" ucapnya disertai anggukan. Ada harapan yang merekah di hatinya.

"Ya sudah. Akang bergegas ke rumah ya. Kasihan Rendy!"

"Baik, Kang. Nadya tunggu kedatangan akang di rumah."

Telepon ditutup. Nadya sedikit lega mengetahui bahwa Firman telah memaafkannya. Namun, masih merasakan cemas terhadap sikap mertua yang menyimpan amarah kepada Nadya.

Yang perlu dilakukan Firman dan Nadya sekarang adalah merawat Rendy sampai sembuh. Lalu, bersama-sama mengambil kembali hati kedua orang tua agar merestui hubungan mereka lagi.

Kedatangan Firman ke rumah sangat memengaruhi kondisi psikologis Rendy. Tampak rona bahagia saat bertemu sang ayah. Nadya juga merasa senang bukan kepalang. Suhu tubuh Rendy pun berangsur-angsur menurun. Ia terlihat sehat seperti sediakala.

Bagaimana bisa? Sebuah pertemuan dan pelukan hangat bisa dengan cepat memulihkan kondisi badan yang kurang sehat. Inilah keajaiban cinta dan kasih sayang.

🍁🍁🍁

Pagi yang cerah. Nadya dan Rendy telah berpakaian rapi. Mereka hendak berangkat menemui kakek dan nenek Rendy. Firman datang menjemput mereka dengan motornya. Selama perjalanan Nadya diliputi gelisah.

Menginjakkan kaki di rumah mertua, membuat jantung Nadya berdebar-debar. Nadya memegang erat tangan Firman. Mereka bersitatap. Sorot mata Firman seolah berkata, "Ayo, Nadya jangan takut, akang bersamamu."

Nadya menerima sinyal itu melalui manik matanya. Ia pun menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

Benar saja kedatangan Nadya di rumah itu disambut dengan sorot mata tajam dan sikap dingin sang mertua. Namun, Nadya berusaha membalasnya dengan senyuman.

"Ayah, Ibu,  kedatangan Nadya ke sini cuma ingin minta maaf atas kekhilafan Nadya. Nadya telah bersikap buruk kepada Kang Firman. Sekarang Nadya sadar kalau Nadya sangat membutuhkan kehadiran Kang Firman," Nadya terisak.

Sang mertua terdiam agak lama, tak begitu merespons ucapan Nadya.

Firman mencoba berbicara, "Ayah, Ibu, tolong maafkanlah Nadya. Firman sangat berharap bisa berkumpul lagi dengan Nadya dan Rendy. Tolonglah, restui dan doakan yang terbaik untuk keluarga kecil kami!"

Melihat kesungguhan Firman dan Nadya untuk bersatu lagi membuat hati kedua orang tua itu luluh.

"Baiklah, kami memaafkanmu Nadya. Tetapi ingatlah, ini. Jika kau melakukan kesalahan yang sama lagi. Kami benar-benar tidak akan memaafkan. Dan kau, Firman, rumah ini akan tertutup untukmu jika kau datang dengan membawa masalah yang sama. Baiklah, ayah dan ibu akan mendoakan kebahagiaan untuk kalian" jawab ayah disertai dukungan ibu.

"Iya, kami menerima konsekuensinya. Terima Kasih,  ayah dan ibu," tukas Firman dan Nadya seraya mencium tangan keduanya.

Lelaki dan wanita muda itu saling pandang dan melempar senyum. Mereka bersyukur akhirnya berhasil mempertahankan kembali mahligai rumah tangga yang nyaris roboh diterjang badai. Mereka lalu memeluk erat Rendy yang sedang asyik bermain mobil-mobilan di sudut rumah, menghujaninya dengan ciuman kasih sayang.

Nadya mulai mengikhlaskan keadaan yang menimpanya. Ia dan suaminya, Firman, terus beikhtiar dan berdoa agar segera keluar dari permasalahan hidup keluarga.

Sebulan kemudian mereka mendapat kabar.

"Sayang, lihatlah ini! Surat dari perusahaan bahwa akang telah diterima bekerja sebagai karyawan tetap," ucap Firman penuh semangat.

Mata Nadya berbinar,  "Benarkah? Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah!"

Nadya dan Firman berpelukan erat, sangat erat. Senyum terkembang di wajah keduanya.

Mereka saling menautkan tangan dan juga hati dengan penuh rasa cinta. Jiwa mereka semakin menyatu setelah melalui ujian yang menguras tenaga dan pikiran. Masing-masing menyadari betapa sebuah hubungan harmonis itu merupakan sesuatu yang berharga yang justru akan mengundang rizki dan berkah dari Yang Maha Kuasa.

🍁🍁🍁

Tamat

##KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
#Tantangan Pekan 8
#Cerbung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan Pertama Anak Bersekolah TK

                                  Foto: dok. pribadi Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu, melihat anak pertama kali masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak. Sebagai orang tua tentunya saya merasa antusias sekali menanti momen seperti ini. Begitu pula anak-anak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut penuh semangat menyambut hari pertamanya bersekolah.  Kali ini yang masuk sekolah taman kanak-kanak adalah putra ketiga kami, namanya Muhammad Azzam. Alhamdulillah tak terasa waktu berlalu hingga sampailah saat di mana anak bungsu kami mulai memasuki pendidikan formalnya, yakni sekolah TK.  Kami memutuskan untuk menyekolahkan Azzam di TK Amanah Bunda jaraknya kira-kira 150 meter dari rumah. Cukup dekat memang. Sekolah ini memiliki konsep pendidikan yang bag us. Guru-gurunya lulusan universitas ternama. Meski letaknya di desa dan biayanya cukup ramah di kantong, kualitasnya tak kalah dengan sekolah TK di ...

Izinkan Aku Memenuhi Panggilan-Mu

Oleh Anne Heryane Ada asa yang menghujam kuat menjadi buih rindu yang hebat. Rindu tuk memenuhi panggilan-Mu. Sempatkan aku beserta keluargaku ke Baitullah, Ya Rabb, sebelum Malaikat Izrail menyapa! Aku akan menunggu datangnya hari itu. Hari ketika kaki menjejak tanah suci. Hari ketika hati basah dengan air mata dalam sujud di Arafah memohon ampunan atas segala khilaf diri.Tatkala hati bergetar meriuhkan asma-Nya, kaki melangkah mengitari kabah, dan mencium Hajar Aswad diiringi gema kalimat Talbiyah. LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK, LAA SYARIIKALAKA LABBAIK, INNAL HAMDA WANNI’MATA LAKA WALMULK, LAA SYARIIKALAK. " Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujaan dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu." Inilah seruan Bapak para nabi, Ibrahim alaihi salam kepada hamba-hamba Allah untuk menyempurnakan keislamannya. Inilah wujud ketundukan d...

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...