Langsung ke konten utama

Andai Kau Menjadi Aku

Apa yang kau rasa? Saat aku di sini mengharu biru. Kehilangan kemerdekaan dan hak-hakku sebagai manusia. Kehilangan tanah tempat kelahiranku yang dengan semena-mena dirampas dari genggaman. Aku Kedinginan, kelaparan, kesakitan, Ketakutan, bahkan diintai kematian setiap saat.

Bukankah aku sama sepertimu? Manusia yang memiliki harapan. Manusia yang ingin hidup dengan layak tak kekurangan suatu apapun.  Manusia yang menginginkan kebebasan, jauh dari bayang-bayang penindasan dan kezaliman. Manusia yang menginginkan hidup penuh kedamaian dan kebahagiaan.

Apakah rintihanku  ini mengganggu hidupmu yang aman sentosa? Maafkanlah karena aku tak mampu menahan kepedihanku. Aku tak sanggup menyembunyikan rasa sakitku. Andaikan kau menjadi aku mungkin kau akan lebih kuat menghadapi ini semua.

Kondisi hidupku memanglah tragis. Setiap hari rudal menghujani negeriku. Rumahku kini tinggal puing-puing. Sekolahku luluh lantak. Ayah, ibu, dan saudara-saudariku, telah melayang nyawanya karena ledakan bom. Kini aku sendiri tanpa sanak saudara dengan tangan dan kaki hancur berdarah-darah. Namun, Allah masih mengizinkanku hidup.

Kau tahu, aku pun punya cita-cita, yaitu membela negeriku, Palestina dari penjajahan Israel. Melindungi Masjidil Aqsa dari cengkraman Israel. Menegakkan kalimatullah di muka bumi. Itulah harapanku sebagai umat Muhammad yang terlahir di tanah para nabi. Aku yakin aku tak berjuang sendiri.

Aku dan kau terikat oleh keimanan yang sama. Ikatan yang sangat kuat melebihi ikatan darah. Bukankah kita ibarat satu tubuh? Ketika aku terluka, kau pun merasakan perih. Lalu, kenapa kau masih saja diam? Ke manakah fungsi satu tubuh itu? Atau jangan-jangan rasa persaudaraan di antara kita telah hilang karena pesona dunia yang melenakan.

Baiklah, mungkin berjuang bersama kami terlalu berat bagimu. Setidaknya bantulah kami dengan apa yang kau mampu meski sekadar doa-doa di penghujung malam. Itupun adalah selemah-lemahnya iman. Sesungguhnya aku khawatir kelak Rabb-mu akan mempertanyakan partisipasimu terhadap perjuangan ini.

Ketahuilah, menjaga Masjidil Aqsa dan tanah suci para nabi bukan semata-mata kewajibanku, kewajiban kami, bangsa Palestina, tetapi itu tanggung jawab kita bersama, seluruh umat Islam. 

#savepalestine

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil ti...

Masih Adakah Cinta? (Bagian 2)

Romance Fiction Usai berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak, Merry pun kembali berjalan menuju rumahnya. Ia melewati Boulevard Street. Nama jalan di depan rumahnya, sebuah jalan khusus di kompleks elit yang pemiliknya rata-rata keturunan bangsawan Inggris.  Setelah sampai di rumah dua lantai dengan gaya arsitektur Eropa lama, Merry disambut oleh dua pelayannya berseragam hitam putih. Mereka sedikit membungkukkan badan melihat kedatangannya. Merry membalasnya dengan anggukan dan senyuman.  "July tolong bawa bahan-bahan masakan ini ke dapur. Kamu temani saya nanti masak ya!" serunya kepada seorang pelayan wanita yang berusia setengah baya.  "Baik, Nyonya!" sahut pelayan bertubuh gempal itu.  Merry selalu ingin menghidangkan makanan spesial untuk Andi dengan tangannya sendiri.  "Jessi, tolong kau rapikan meja makan ya.   Jangan lupa beri hiasan bunga mawar di tengahnya. Tambahkan pula dua buah lilin aromatik! " ...