Langsung ke konten utama

Fenomena Akhir Zaman (Sebuah Deskripsi tentang Kondisi Negeriku Kini)

Opini
oleh Anne Heryane

Foto: www.idntimes.com

Jika amanat telah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat.’ (Abu Hurairah ra) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana amanat itu disia-siakan?’ Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Jika urusan diserahkan kepada selain ahlinya, maka tunggulah Kiamat!’.” (HR. Al-Bukhari)

Pada zaman ini, banyak fenomena yang membuat hati kita merinding. Segalanya serba terbalik. Yang benar disalahkan yang salah dibenarkan. Orang-orang dungu dijunjung tinggi dan dihormati orang-orang berilmu dikriminalisasi lalu dihabisi.

Zaman sekarang memang edan. Mata hati dan nurani sudah tertutup nafsu duniawi. Mata uang disembah dan dipuja-puji. Harga diri dan martabat dengan mudahnya dibeli. Keimanan dan akhlak digadaikan demi ambisi pribadi, demi harta dan kekuasaan.

Zaman sekarang nilai-nilai kemanusiaan banyak diabaikan. Nilai-nilai keadilan dan kejujuran menjadi barang mahal. Banyak tubuh bergelimpangan. Jiwa tak berdosa melayang tanpa jeda. Tak peduli anak-anak atau orang tua, tak peduli laki-laki atau wanita. Semuanya diperlakukan tak lebih dari binatang dan seumpama sampah jalanan.

Negeri ini telah diperjuangkan dengan gagah berani, dengan genangan darah dan air mata oleh para pahlawan bangsa. Patutlah kita generasi penerus membangun negeri ini dengan sebenar-benarnya keimanan, semulia-mulianya akhlak, sebesar-besarnya pengabdian, sebanyak-banyaknya prestasi serta karya demi kemaslahatan bersama.

Jangan dengan mudahnya kau gadaikan negeri ini kepada mereka yang buta hati. Jangan dengan mudahnya kau biarkan keelokan negeri ini dieksploitasi tiada henti. Jangan sampai kau biarkan negeri ini dikuasai para pengkhinat bangsa.

Namun, nasi telah menjadi bubur,  semua terlanjur terjadi. Negeri ini telah sekarat. Ibu pertiwi kini meronta-ronta meminta haknya supaya hidup dengan layak. Kekayaan alam terus dieksploitasi oleh asing dan pengkhianat negeri, tanpa ada upaya perbaikan alam.


Lihatlah sekarang! ribuan hektar hutan dibakar. Ekosistem pun terguncang. Kekayaan flora dan fauna menjadi arang. Ribuan orang menderita infeksi saluran pernapasan karena asapnya yang menjadi-jadi. Semakin sesaknya lagi, anak-anak balita kehilangan harapan hidupnya. Ya, di sana saudara-saudara kami terkena imbas keserakahan manusia. Cepat atau lambat, kita juga akan merasakan dampaknya.


Yang menyedihkan lagi, pemimpin negeri ini tak berempati atas penderitaan rakyatnya sendiri. Saat ribuan orang merasakan sesak napas karena asap yang tak kunjung pergi, sang pemimpin dengan santainya membuat vlog jalan-jalan bersama cucunya dengan caption menikmati udara segar. Hal tersebut sangat tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang pemimpin negeri.

Terjadi pula polemik tentang kebijakan yang menindas rakyat. Kenaikan tarif PLN, BPJS, pajak yang tak tanggung-tanggung. Ditambah lagi dengan adanya Rancangan Undang-Undang KUHP,  KPK dsb. yang semakin melemahkan upaya pemberantasan korupsi serta RUU lainnya yang dinilai ngawur dan tak berpihak pada rakyat.

Akibatnya,  rakyat menuntut keadilan. Mahasiswa melancarkan demontrasi serentak dan besar-besaran menuntut agar RUU tersebut tidak disahkan, juga menuntut agar pemimpin negeri ini mundur dengan hormat. Sebab,  rakyat sudah tidak menghendaki lagi pemimpin yang tidak mengindahkan aspirasi rakyat.



Cerita belum usai kawan!  Ternyata setelah mereka beraksi meminta keadilan. Seperti yang terjadi pascapemilu lalu, terjadilah bentrokan antara para pelaksana demonstrasi dengan aparat. Mereka para mahasiswa diperlakukan dengan keji oleh aparat.  

Mereka dipukuli habis-habisan. Mereka dilempari gas air mata. Tak pandang bulu,  warga sipil pun dihantam aparat, tak tua tak muda. Bahkan, anak-anak bangsa telah meregang nyawa karena keberingasan aparat. Sungguh biadab!


Bukan hanya mahasiswa yang menjadi korban,  melainkan pelajar yang masih belia turut merasakan keganasan aparat. Tak merasakankah kau? Betapa perih hati kedua orang tua mereka. Betapa sakit hati kami, rakyat Indonesia, menyaksikannya arogansi penguasa negeri ini.


Wahai para penguasa negeri ini! Tak takutkah kau akan ancaman Allah pada mereka yang merampas hak-hak rakyat yang miskin dan lemah? Tak takutkah kau akan azab Allah yang diberikan kepada para penguasa negeri yang tidak amanah; kepada para penguasa yang tertawa di atas penderitaan rakyatnya? Tak takutkah kau pada doa-doa orang-orang yang dizalimi?

Bolehlah saat ini kalian semua tertawa di atas penderitaan kami, kaum yang lemah. Tetapi, ingatlah bahwa janji Allah adalah pasti. Suatu saat kalian akan menangis karena menyesali perbuatan semena-mena kalian terhadap kami, rakyat jelata.

Bolehlah kalian saat ini tak peduli pada kehidupan kami yang serba sulit; juga tak mendengarkan aspirasi dan harapan kami. Suatu saat nanti, kalian akan berlari mengejar-ngejar kami hanya sekadar ingin memohon maaf kepada kami.Ya, waktu itu akan tiba.

Sebab,  hanya Allah tumpuan harapan kami. Kami sudah sekuat tenaga membela diri kami. Meskipun lemah dan tertatih-tatih, kami tetap berusaha berdiri meminta apa yang menjadi hak kami, sebagai rakyat.

Kepada kalian duhai anak-anak dan cucu-cucu bangsa ini! Kisah ini bukanlah dongeng atau cerita pengantar tidur. Ini adalah cerita atau kisah nyata kami yang hidup pada masa kini, abad 21. Entahlah, apakah ini akan ada pada buku-buku sejarah nanti?  Wallahua'lam.

Tulisan ini hanyalah sekadar suara dari hati kami yang terdalam akan fakta-fakta ketidakadilan yang terjadi di negeri kami.   Kami berharap suara hati kami tak hanya didengar oleh para penguasa negeri, tetapi turut menjadi pembelajaran bagi  generasi mendatang bahwa betapa keadilan dan kebenaran itu harus ditegakkan sampai titik darah penghabisan. 

Walaupun kau harus merangkak-rangkak membelanya. Tak akan sia-sia niat sucimu dalam membela yang hak dan memerangi yang batil. Allah akan senantiasa melihat perjuanganmu.

Beberapa catatan peristiwa yang terjadi di negeri kami tercinta baru-baru ini.

1. Fakta Peristiwa Kebakaran Hutan di Riau dan Dampaknya

Berdasarkan data Global Forest Watch sebagaimana dilansir Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari 1 Agustus 2019 hingga 14 September 2019 setidaknya ada 151.862 titik kebakaran hutan di Indonesia, terbanyak di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. (www.google.com)

Kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah di Tanah Air, menimbulkan bencana kabut asap. Bukan hanya aktivitas warga terganggu, kesehatan bahkan nyawa menjadi taruhannya.

Seorang bayi berusia empat bulan meninggal dunia diduga akibat terpapar kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Bayi malang ini mengembuskan napas terakhir, Minggu 15 September 2019. (liputan6.com)

Jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga September mencapai 919.516 orang.

Hal itu diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (23/9/2019).

2. Fakta Peristiwa Demontrasi Mahasiswa September 2019


Demo mahasiswa hari ini meletup di banyak kota. Ribuan mahasiswa berdemonstrasi di Jakarta, Jogja, Bandung, Malang, Balikpapan, Samarinda, Purwokerto dan lainnya. Demo di berbagai kota itu menyuarakan tuntutan hampir sama, terutama menolak RUU KUHP dan Revisi UU KPK.

Demo mahasiswa yang digelar di banyak kota pada Senin, 23 September 2019, tersebut membuat tagar "Saatnya People Power" menjadi trending topic dunia di twitter. Hingga pukul 16.40 WIB hari ini, tagar itu disebut dalam 47.500 twit. (www.google.com)

Pada 24 September 2019, mahasiswa dari berbagai universitas melakukan aksi unjuk rasa damai di depan Gedung DPR menentang langkah DPR yang akan mengesahkan beberapa RUU. (www.kompas.com)

Rabu, 25 September 2019, sebanyak 90 korban kericuhan dalam demonstrasi mahasiswa di sekitar Gedung DPR/MPR RI Jakarta dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta Selatan. (m.cnnindonesia.com)

Apa yang terjadi selama sepekan terakhir menambah panjang daftar kekerasan polisi terhadap sipil sepanjang pemerintahan Joko Widodo.

Komisi Orang Hilang dan Korban tindak Kekerasan (Kontras) mengatakan selama Jokowi jadi presiden sejak 2014 lalu, kekerasan yang dilakukan polisi mencapai 3.893 kali. Sepanjang itu 4.695 orang ditangkap, 4.874 luka, hingga 966 meninggal dunia. (www.google.com)

4. Fakta Demonstrasi Rakyat (Gabungan mahasiswa dan alumni 212)


Alumni 212 menyatakan diri siap bergabung dengan gerakan mahasiswa dalam aksi besar yang akan dipusatkan di depan Gedung DPR, Jakarta, Senin besok (30/9/2019). Tuntutan aksi 30 September sama dengan aksi-aksi sebelumnya, menolak peraturan yang tidak sesuai amanat reformasi, seperti UU KPK hasil revisi dan RUU KUHP.

Hari ini Sabtu (28/9/2019), ribuan peserta unjuk rasa Aksi Mujahid 212 Selamatkan NKRI menggelar aksi damai di sekitaran Patung Kuda, Jakarta Pusat. Aksi bertujuan untuk menyelamatkan Indonesia dari tangan-tangan jahat.

Demonstrasi yang diinisiasi Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), FPI, dan ormas-ormas Islam lainnya ini menuntut tiga hal. Menolak liberalisme, menolak PKI dan menegakkan kebenaran.

Di sela-sela aksi Sabtu siang tadi (28/9/2019), salah seorang orator dari mobil komando mengatakan, mereka juga menolak adanya pelemahan terhadap demokrasi dan penegakan hukum. “Jangan sampai hak kita sebagai warga negara dibatasi oleh rezim,” ujarnya.
(www.semarak.co)

3. Fakta Kurang Tanggapnya Presiden dalam Mendengarkan Aspirasi Rakyat

Ketua Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) Oce Madril menilai, sikap Presiden Joko Widodo tidak responsif dalam merespons aksi-aksi di sejumlah daerah yang menuntut pencabutan UU tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) versi revisi yang telah disahkan DPR.

Proses kilat pembahasan revisi UU KPK oleh DPR dan pemerintah menjadi sorotan.

Total, hanya 11 hari dibutuhkan ketika pengajuan draf, pembahasan di panitia kerja, hingga disahkan DPR.

Padahal, Presiden Jokowi punya waktu 60 hari dalam proses pembahasan UU KPK.

Pro dan kontra yang muncul karena sejumlah poin revisi dinilai akan melemahkan kinerja KPK.

Aksi-aksi dalam dua hari ini, Senin (23/9/2019) dan Selasa (24/9/2019), salah satu tuntutannya adalah mencabut UU KPK hasil revisi. (www.kompas.com)

Penutup

Demikianlah adanya salah satu fenomena akhir zaman. Beberapa fakta peristiwa menunjukkan adanya ketidakadilan di Indonesia saat ini. Ketika negeri ini dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya, tidak amanah, dan tidak berilmu, tunggulah kehancurannya. Artinya, bersiaplah menghadapi kiamat! 

Oleh karena itulah, marilah kita senantiasa memperbaiki diri dan berusaha memperbaiki negeri ini agar berada dalam naungan dan rida Allah Swt. Mari kita memohon ampunan dan perlindungan kepada Allah agar terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Mari kita tegakkan amar makruf nahi munkar demi menyelamatkan negeri ini dari kezaliman dan kefasikan. Semoga Allah menjadikan kembali negeri ini, negeri yang aman, makmur, sentosa, dan diberkahi Allah Swt. Amiin Ya Rabbal Alamin. 

Wallahua'lam Bisshawaab




#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost

Komentar

eko endri wiyono mengatakan…
Mantap kak #semangat
Ashima Meilla Dzulhijjah mengatakan…
Miris sekali ya Allah, sampe nangis bacanya...

Semoga negara kita kembali membaik dan para Wakil Rakyat segera sadar...
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Betul ka miris, Amiin ya Rabbal alamin
Mak 'Nces mengatakan…
Sedih dan gemes melihat fenomena sekarang hikz 😢
khofiyaarizki mengatakan…
masyaallah terima kasih kak sudah membuka mata , dengan uraiannya detil dan mengalir.
amar ma ruf nahi munkar ya kak :( mungkin krn org2 berilmu juga hanya diam dan tidak bangkit menyebar kebaikan sehingga kebodohan merajalela :(( bener2 takut adzab turun, wa na 'udzubillah :(
ohya ini ada typo kak di kata.. dijungjung, sedikit saja hehe
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih sudah berkunjung. Terima kasih masukannya juga ya ka
Naja Aya mengatakan…
Andai saja mereka takut :(
Dunia ini fana
Tidak seharusnya kita terlena.
Bismillah semoga kita selalu Allah jaga dari nafsu duniawi.

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. Di balik tirai tipi

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil tiga orang pandai dan

Puing-Puing Hati

Cerbung oleh Anne Heryane indipendent. co. uk "Pergi dari sini. Aku sudah muak hidup sama kamu!"  Nadya membuncahkan kekesalannya kepada ayah dari putra tersayangnya yang masih balita itu.  Lelaki berperawakan tinggi kurus itu hanya duduk termenung, meresapi ucapan wanita yang telah mendampinginya selama lima tahun. Kata-kata itu begitu menohok ulu hati. Beberapa potong baju kemeja dan celana panjang dilemparkan Nadya ke arahnya. "Nih,  bawa semua baju kamu. Aku ingin kita cerai!" jerit wanita berusia 30 tahun itu.  Bagaikan disambar petir, ucapan Nadya membuat Firman terhenyak. Dadanya sesak. Namun, ia harus menghadapinya. Lelaki itu sadar bahwa ia selama ini belum mampu membahagiakan istrinya. Ia bergeming dengan perlakuan istrinya. Rasanya tak percaya jika rumah tangganya diterjang amukan badai sedahsyat ini.  Nadya benar-benar kalut. Ia melontarkan semua rasa yang selama ini singgah. Ada rasa sedih, kesal, benci, marah. Ia tela