Langsung ke konten utama

5 Kesan Mengikuti Komunitas ODOP



Assalammualaikum,  Wr. Wb. 

Halo!

Pada kesempatan ini, saya akan memaparkan kesan-kesan saya selama dua pekan pertama mengikuti komunitas ODOP. 

Sebelum saya menyampaikan kesan-kesan tersebut, saya akan menjelaskan perjalanan saya sehingga bisa mengikuti komunitas ini.

Sebenarnya,  ini bukan pertama kali saya mengikuti sebuah event atau komunitas menulis. Sebelumnya, saya pernah mengikuti event 30 Hari Bercerita yang dilaksanakan selama bulan Januari atau awal tahun 2019. Alhamdulillah saya sukses menulis setiap hari selama sebulan penuh. 

Ada lagi event seperti itu yang saya ikuti, yaitu 30 Hari Bercerita selama Ramadhan. Event menulis ini diselenggarakan oleh Arrahman Press pada 06 Mei-04 Juni 2019. Yang menarik dari event ini adalah semua tulisan peserta akan dibukukan oleh penerbit tersebut. Alhamdulillah, dari event ini pun saya sukses mendapat sertifikat dan tulisan selama sebulan pun akan dibukukan. 

Saya juga sangat giat mengikuti event menulis buku antologi. Alhamdulillah, dua buku antologi saya sudah terbit. Buku Antologi pertama adalah buku berjudul Yang Terlihat Kuat Pun Butuh untuk Dikuatkan dalam event nulisbarengRobi. Lalu,  buku antologi kedua berjudul Potret Pendidikan di Negeriku yang diterbitkan oleh Alfannani Publisher.

Adapun komunitas menulis yang pernah saya ikuti adalah KMO (Komunitas Menulis Online) Indonesia pada bulan Juli 2019. Namun,  di komunitas tersebut saya gagal karena tidak bisa menunaikan tugas. Sebab, KMO amat ketat dalam masalah kehadiran atau absensi. Dua kali tidak mengikuti materi secara online saja sudah dikick. Akhirnya, saya pun diremove dari grup.

Jujur, saya sulit mengikuti materi di jam-jam malam. Karena, itu adalah waktu kebersamaan saya dengan anak-anak. Apalagi saya masih mempunyai anak balita. Waktu-waktu tersebut merupakan waktu yang tidak bisa diganggu. Bisa menyempatkan menulis saja saya sudah bersyukur. 

Dari kegiatan-kegiatan menulis tersebut saya dihubungkan dengan teman-teman yang hobi menulis. Oleh sebab itulah, saya bisa mengetahui informasi-informasi yang berkaitan dengan dunia tulis-menulis. Berdasarkan informasi tersebut, saya pun akhirnya bisa bergabung dengan komunitas ODOP (One Day One Post). 

Kini, saya sudah mengikuti komunitas ODOP selama dua pekan (01-15 september 2019). Banyak yang saya peroleh dari keikutsertaan saya di komunitas ini. Selain memeroleh banyak ilmu, saya pun mendapat teman-teman baru. 

Kegiatan di komunitas ini sangat kondusif dalam menelurkan karya-karya tulis.  Sangat sesuai dengan apa yang saya harapkan. Komunitas ODOP betul-betul memacu para pesertanya supaya lebih kreatif dan produktif. 

Pada pekan pertama, para peserta komunitas ODOP diberi waktu untuk saling berkenalan antarpeserta. Para peserta tampak sangat antusias sehingga grup ini selalu ramai. Kurang lebih ada 200 peserta di Grup ODOP Batch 7 ini. 

Selanjutnya, kami diberi wejangan  untuk mengenal lebih jauh tentang ODOP, yakni perihal sejarah, visi-misi, dan perjalanan komunitas ODOP. Kami juga diberi materi singkat mengenai blog. Kemudian, para peserta diperkenalkan dengan para pengurus ODOP yang hebat-hebat. 

Masih di pekan pertama,  dibentuklah grup-grup kecil. Nama saya masuk  ke dalam grup Kairo. Grup ini kurang lebih berjumlah 27 orang termasuk para admin yang masih muda-muda dan keren-keren. 

Di grup kecil ini kami mendapat beberapa tugas dan tantangan yang harus diselesaikan. Tugas-tugas tersebut yaitu peserta harus memposting tulisan dengan tema bebas dan melaporkannya di grup setiap hari. Juga, setiap peserta harus melakukan Blog Walking (BW)  dan mengomentari postingan teman segrup minimal lima. Selain itu, para peserta diharuskan mengikuti bedah karya atau tulisan untuk diberi feedback.

Andaikan bisa saya sebetulnya ingin sekali berkunjung ke semua blog teman-teman Komunitas ODOP batch 7. Itu karena saya sangat ingin belajar dari tulisan mereka dan cara mereka mempercantik blognya. 

Namun,  tampaknya para pengurus memaklumi sekali kemampuan peserta. Sehingga, peserta diberi batasan minimal lima untuk blog walking di grup sendiri. Alhamdulillah saat ada waktu luang saya bisa berkunjung ke semua blog teman-teman di Grup Kairo. 

Berdasarkan pengalaman itu, maka kesan saya mengikuti komunitas ODOP adalah

1. Ramai

Karena pesertanya berjumlah ratusan, maka grup selalu ramai dengan chat-chat yang berkaitan dengan aktivitas ODOP. Saya tak terlalu banyak berpartisipasi di grup karena keterbatasan waktu, tenaga,  dan pikiran. Saya hanya menyimak, menggali informasi, dan melaksanakan apa yang menjadi tugas saya. Saya perhatikan juga sudah ada kedekatan yang terbangun antara beberapa peserta di grup ini. Meskipun tidak semuanya aktif berchit-chat di grup, saya cukup merasakan adanya suasana kekeluargaan. Setiap peserta pun saling mensupport karya. 

2. ‎Banyak Pelajaran (ilmu

Di komunitas ini saya banyak belajar  khususnya tentang blog. Saya melihat ada banyak blogger keren di komunitas ini. Sementara saya adalah seorang pemula yang baru mulai serius melirik dunia blog. Meskipun usia saya tidak muda lagi, saya yakin bisa mempelajarinya dengan baik. 

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah membuat blog namun tak pernah sekalipun saya memposting tulisan di blog tersebut. Sekadar keinginan saja untuk memiliki blog. 

Waktu pun berlalu. Saya tidak ingat apapun baik nama blog atau passwordnya. Akhirnya, awal tahun 2019 sekitar bulan Maret,  saya membuat blog lagi dan mulai memposting tulisan alakadarnya. Sejak itu saya memposting tulisan setiap bulan tidak lebih dari dua tulisan. 

Saya tidak begitu serius memperhatikam keberadaan blog saya itu. Apalagi dengan ilmu yang terbatas di dunia blog dan kurangnya apresiasi terhadap tulisan terkadang membuat saya malas memposting tulisan. 

Di komunitas ODOP saya semakin banyak memeroleh ilmu baik tentang dunia kepenulisan, tentang dunia perblogan, ataupun hal-hal lain dari konten blognya teman-teman dengan tema beragam. Saya pun belajar dari tulisan teman-teman yang sesungguhnya masing-masing memiliki keunikan sendiri. 

3. ‎Menantang (challenging

Komunitas ODOP menurut saya sangat menantang para pesertanya untuk giat berkarya. Baru kali ini saya merasa amat sangat tertantang untuk menulis. Karena selama ini saya menulis di instagram yang sangat terbatas ruangnya. Terkadang saya kesal karena tulisan saya tiba-tiba hilang padahal sudah banyak yang saya tulis di instagram. Sementara di komunitas ODOP saya diharuskan menuangkan gagasan sebanyak-banyaknya di blog dengan ruang yang tak terbatas. Hal itu sangat memacu semangat menulis saya. 


4. ‎Apresiatif

Komunitas ODOP sangat mewadahi dan mengapresiasi sekali upaya peserta dalam berkarya. Komunitas ini juga mengajarkan para peserta untuk saling mengapresiasi tulisan. Apresiasi tersebut berupa blogwalking dan pemberian komentar.

Saya rasa, komentar dari pembaca adalah salah satu faktor yang cukup ampuh untuk menyuntikkan semangat menulis. Apalagi jika hal itu berupa kritik dan saran yang membangun. Hal itu dapat meningkatkan kualitas karya atau tulisan peserta. 

5. Disiplin

Komunitas ODOP memberikan aturan-aturan yang harus dipenuhi para peserta supaya dapat lulus dari ujian ODOP. Para peserta yang mampu menyelesaikan tugas dan tantangan menulis di blog selama dua bulan berturut-turut, berpeluang menjadi anggota tetap komunitas ODOP. Semoga saya dan peserta lainnya bisa melalui ujian dengan baik.

Itulah lima kesan yang saya rasakan selama dua pekan bergabung di komunitas ODOP. Semoga bisa diambil hikmahnya. 

Wassalam 🙏

#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
#GrupKairo

Komentar

Devarisma mengatakan…
Ini keren kak, bahasanya yang simple tapi sangat menarik saat dibaca... lanjutkan Kak
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Wah ada juga dari grup lain yang berkunjung. Hehe. Makasih banyak supportnya ya ka!
temansenja.com mengatakan…
Rangakain katanya enak buat diikutin kak, semangaat
Catatananne@blogspot.com mengatakan…
Terima kasih kunjungannya ka

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil ti...

Masih Adakah Cinta? (Bagian 2)

Romance Fiction Usai berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak, Merry pun kembali berjalan menuju rumahnya. Ia melewati Boulevard Street. Nama jalan di depan rumahnya, sebuah jalan khusus di kompleks elit yang pemiliknya rata-rata keturunan bangsawan Inggris.  Setelah sampai di rumah dua lantai dengan gaya arsitektur Eropa lama, Merry disambut oleh dua pelayannya berseragam hitam putih. Mereka sedikit membungkukkan badan melihat kedatangannya. Merry membalasnya dengan anggukan dan senyuman.  "July tolong bawa bahan-bahan masakan ini ke dapur. Kamu temani saya nanti masak ya!" serunya kepada seorang pelayan wanita yang berusia setengah baya.  "Baik, Nyonya!" sahut pelayan bertubuh gempal itu.  Merry selalu ingin menghidangkan makanan spesial untuk Andi dengan tangannya sendiri.  "Jessi, tolong kau rapikan meja makan ya.   Jangan lupa beri hiasan bunga mawar di tengahnya. Tambahkan pula dua buah lilin aromatik! " ...