Langsung ke konten utama

Puisi Palestina

Senin, 13 Mei 2019


Ramadhan di Langit Gaza 
By Anne Heryane

Gelegar takbir membahana
Di antara gedebum roket-roket 
Yang meluluhlantakkan bumi Palestina

Berpijar menyemburatkan oranye
Membara mengunyah luka
Ribuan anak-anak juga wanita
Lemah tak berdaya

Bangunan-bangunan roboh
Jalan-jalan teriris serpihan molotov
Mengimpit mengubur meremukkan
Tubuh malaikat-malaikat kecil
Yang bening matanya
Yang bercahaya wajahnya
Yang suci hatinya

Gas-gas beracun pun
Berseliweran
Diluncurkan oleh jiwa-jiwa jahanam
Para penghuni hati yang keras
biadab, dan mati

Menyebar merasuki aliran darah
Menghisap nyawa-nyawa tak berdosa
Menghapus mimpi sukacita
Mengeringkan sumur air mata
dari para ibu Palestina

Puluhan, ratusan, bahkan ribuan
Anak-anak Palestina 
Dikoyak hak hidupnya
Rintihan demi rintihan menggema
Menyisakan perih tak bertitik

Ohh...
Darah-darah syuhada kecil
Menggenangi
membanjiri
Tanah para nabi

Ramadhan di langit Gaza
Telah bercahaya
Oleh hadirnya malaikat-malaikat bersayap putih yang merengkuh ruh-ruh syuhada 
Menyambut para pemilik Qalbun Salim  yang beterbangan itu

Dengarkah engkau?
Hati suci mereka memanggil namamu
"Saudaraku, kaum muslimin
Dimanakah engkau?
Berdirilah bersama kami!
Meraih kemuliaan dengan
Jihad Fi Sabilillah"

Sanggupkah kau sambut seruannya?
Hanya jiwa-jiwa yang dipenuhi "mahabbatullah", yang tak takut mati dan berlepas diri dari "hubbuddunya" 
Yang akan mampu menyambutnya dengan senyuman

Rancamanyar,Baleendah, Bandung
Ramadan 1440 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...

Jacko Kutil (Part 1)

(Adaptasi dari Cerita Rakyat Joko Kendil)  oleh Anne Heryane Pada zaman dahulu, berdirilah kerajaan yang sangat besar pada masanya, yakni Kerajaan Novela. Kerajaan ini dipimpin seorang raja bernama Raja Eduardo. Sumber daya alam di kerajaan ini sangat melimpah ruah. Sayangnya, kehidupan rakyatnya jauh dari sejahtera. Mereka hidup dalam kemiskinan dan di bawah kekuasaan pemimpin yang semena-mena. Kekayaan alam di negeri itu hanya dinikmati raja, keluarga istana, para petinggi kerajaan, dan para bangsawan.  Suatu hari Ratu Esmeralda melahirkan seorang putra. Betapa terkejutnya sang raja ketika melihat sosok pangeran yang buruk rupa. Di wajah, leher, dan bagian tubuh lainnya bertebaran kutil-kutil. Melihatnya saja membuat bulu kuduk berdiri.  Raja merahasiakan sosok pangeran yang dipenuhi kutil ini kepada rakyatnya. Ia pun mengancam akan memberikan hukuman mati kepada siapa saja di istana yang membocorkan rahasia ini.  Raja pun memanggil ti...

Masih Adakah Cinta? (Bagian 2)

Romance Fiction Usai berbelanja bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memasak, Merry pun kembali berjalan menuju rumahnya. Ia melewati Boulevard Street. Nama jalan di depan rumahnya, sebuah jalan khusus di kompleks elit yang pemiliknya rata-rata keturunan bangsawan Inggris.  Setelah sampai di rumah dua lantai dengan gaya arsitektur Eropa lama, Merry disambut oleh dua pelayannya berseragam hitam putih. Mereka sedikit membungkukkan badan melihat kedatangannya. Merry membalasnya dengan anggukan dan senyuman.  "July tolong bawa bahan-bahan masakan ini ke dapur. Kamu temani saya nanti masak ya!" serunya kepada seorang pelayan wanita yang berusia setengah baya.  "Baik, Nyonya!" sahut pelayan bertubuh gempal itu.  Merry selalu ingin menghidangkan makanan spesial untuk Andi dengan tangannya sendiri.  "Jessi, tolong kau rapikan meja makan ya.   Jangan lupa beri hiasan bunga mawar di tengahnya. Tambahkan pula dua buah lilin aromatik! " ...