Langsung ke konten utama

Ramadan ini seharusnya....

Ramadan ini seharusnya menjadikan hatimu lebih bercahaya
Ramadan ini seharusnya menjadikan hati bersih, suci, dan kembali fitri
Ramadan ini seharusnya menjadikan hati kuat dan semakin tertaut pada Sang Khalik
Ramadan ini pula seharusnya hatimu bahagia

Pada ramadan ini hati kami melangitkan ribuan doa kebaikan untuk saudara-saudari kami di belahan dunia sana
Khususnya di Palestina
Yang melaksanakan saum di bawah gempuran Israel
setiap detik dan menit dilanda resah
Akan ancaman kematian
Tak sedikit anak-anak yang menjadi sorotan target perang

Inilah satu sisi yang menghancurleburkan hati kami umat muslim
Hati terus meronta
Memohon ampunan atas ketidakmampuan kami membela saudara-saudara kami
Atas diamnya raga ini
Hanya hati berkecamuk akan perih dan luka kepada saudara kami yang dizhalimi sekaligus amarah kepada mereka yang terlaknat dan biadab
Ampunilah ya Rabb atas kelemahan iman kami

Bahkan di sini di negeri kami pun
Jiwa dijajah mulut dipasung dan raga dikekang
Siapa tak tunduk maka peluru yang berbicara
Keji dan otoriter

Kebohongan masif dilancarkan
oleh orang-orang yang buta hati
terjadi di rezim ini
Ya, di Indonesia saat ini

Rakyat tak rela jika terus ditipu daya
Hingga turun berjuang
Bersenjatakan doa dan ketulusan menuntut keadilan

Namun, para polisi yang ditumpangi
polisi bayaran dari negeri panda
Telah membabi buta
Serang rakyat yang bertangan kosong
Dengan rentetan peluru tajam
Ya, korban di pihak rakyat
bergelimpangan tentunya
 akses media sosial diblokir
Demi keamanan katanya

Katanya pengayom rakyat
Katanya pelindung rakyat
Katanya pemimpin rakyat
Katanya pembela rakyat
Katanya...dan katanya

Entah mulut itu kan berkata apalagi
Sebab amat kontradiktif dengan praktiknya





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan Pertama Anak Bersekolah TK

                                  Foto: dok. pribadi Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu, melihat anak pertama kali masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak. Sebagai orang tua tentunya saya merasa antusias sekali menanti momen seperti ini. Begitu pula anak-anak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut penuh semangat menyambut hari pertamanya bersekolah.  Kali ini yang masuk sekolah taman kanak-kanak adalah putra ketiga kami, namanya Muhammad Azzam. Alhamdulillah tak terasa waktu berlalu hingga sampailah saat di mana anak bungsu kami mulai memasuki pendidikan formalnya, yakni sekolah TK.  Kami memutuskan untuk menyekolahkan Azzam di TK Amanah Bunda jaraknya kira-kira 150 meter dari rumah. Cukup dekat memang. Sekolah ini memiliki konsep pendidikan yang bag us. Guru-gurunya lulusan universitas ternama. Meski letaknya di desa dan biayanya cukup ramah di kantong, kualitasnya tak kalah dengan sekolah TK di ...

Izinkan Aku Memenuhi Panggilan-Mu

Oleh Anne Heryane Ada asa yang menghujam kuat menjadi buih rindu yang hebat. Rindu tuk memenuhi panggilan-Mu. Sempatkan aku beserta keluargaku ke Baitullah, Ya Rabb, sebelum Malaikat Izrail menyapa! Aku akan menunggu datangnya hari itu. Hari ketika kaki menjejak tanah suci. Hari ketika hati basah dengan air mata dalam sujud di Arafah memohon ampunan atas segala khilaf diri.Tatkala hati bergetar meriuhkan asma-Nya, kaki melangkah mengitari kabah, dan mencium Hajar Aswad diiringi gema kalimat Talbiyah. LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK, LAA SYARIIKALAKA LABBAIK, INNAL HAMDA WANNI’MATA LAKA WALMULK, LAA SYARIIKALAK. " Aku memenuhi panggilan-Mu, ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujaan dan nikmat adalah milik-Mu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu." Inilah seruan Bapak para nabi, Ibrahim alaihi salam kepada hamba-hamba Allah untuk menyempurnakan keislamannya. Inilah wujud ketundukan d...

Lorong Kelam

Fiksi oleh Anne Heryane Ilustrasi: www.pixabay.com Bola mata seperti ingin meloncat ke luar dari cangkangnya. Jantung berdegup kencang. Keringat menghujani seluruh tubuh mungil ini.  Mulut refleks menganga. Lekas-lekas kubekap dengan telapak tangan kanan. Benar-benar tak sanggup mempercayai semua ini.  Di sisi kanan labirin yang minim cahaya, beberapa anak berseragam putih abu sedang asyik ngefly . Dua jarum suntik dan sobekan plastik tersimpan tak beraturan di depannya. Beberapa botol miras digeletakkan serampangan. Mereka yang mayoritas lelaki puber itu bersandar lemas pada dinding lorong yang buram.  Ada juga sekitar tiga perempuan usia tanggung selonjoran di samping para lelaki setengah sadar itu. Sesekali mereka berbicara melantur dan terbahak-bahak sendiri. Persis orang sakit jiwa, pekik batinku.  Di sisi kiri lorong yang sedikit menjorok, tersisa ruang kecil berukuran satu kali dua meter. Dua muda-mudi nekad melucuti pakaian seragamnya. ...