Langsung ke konten utama

Resensi Buku Pendidikan Anak dalam Islam



oleh Anne Heryane

Judul Buku: Tarbiyatul Aulad Fil Islam
                     (Pendidikan Anak dalam Islam)
Penulis        : DR. Abdullah Nashih ‘Ulwan
Penerjemah: Arif Rahman Hakim, Lc.
Penerbit      : Insan Kamil
Tempat Terbit: Surakarta, Solo.
Tahun Terbit  : Juni 2012
Jumlah Halaman: 906 halaman

Buku ini merupakan buku panduan tentang cara mendidik anak dalam Islam. Bagi seorang muslim atau muslimah, buku ini sangat penting untuk dipahami isinya karena berkaitan dengan pembentukan generasi muslim yang berkualitas di masa kini dan masa mendatang. Buku ini dilengkapi dengan dalil-dalil yang berlandaskan Alquran dan Sunnah serta pendapat para ulama dan fuqaha.

Penulis buku ini adalah salah seorang ulama, faqih, da’I, dan pendidik yang dilahirkan di Halab Suriah 1347H/ 1928M, di sebuah keluarga yang taat beragama. Nasabnya sampai kepada Al Husain bin Abi Thalib.

Usai mendapatkan ijazah sekolah menengah atas syariah pada tahun 1949 M ia lalu meneruskan studinya di universitas Al-Azhar Asy-syarif dan menyelesaikan S1-nya di Fakultas Ushuluddin pada tahun 1952 M. Kemudian pada tahun 1954 M, ia menyelesaikan S2-nya lalu kembali ke Halab dan bekerja sebagai pengajar materi pendidikan Islam di SMA. Lalu ia pergi ke Yordania, kemudian ke Arab Saudi dan bekerja sebagai pengajar di universitas Al-Malik ‘Abdul Aziz. Di sanalah ia menyelesaikan S3-nya dan mendapatkan gelar doktor dalam bidang fikih dan dakwah. Ia bekerja di sana hingga meninggal dunia pada hari Sabtu, 5 Muharram 1398H/ 29 Agustus 1987 M. Karya-karya penulis lebih kurang ada 46 karya termasuk buku yang sangat luar biasa ini.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian,yakni:
Bagian pertama terdiri dari empat pasal. Pasal pertama, pernikahan yang ideal dan kaitannya dengan pendidikan. Pasal kedua, Perasaan psikologis terhadap anak.  Pasal ketiga, Hukum-hukum yang berkaitan dengan kelahiran. Pasal keempat, Sebab-sebab terjadinya kenakalan pada anak dan penanggulangannya.

Bagian Kedua Tanggung Jawab Para Pendidik yang terdiri dari tujuh pasal. Pasal pertama, Tanggung Jawab Pendidikan Iman. Pasal Kedua, Tanggung Jawab Pendidikan Moral. Pasal ketiga, Tanggung Jawab Pendidikan Fisik. Pasal Keempat, Tanggung Jawab Pendidikan Akal. Pasal Kelima, Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan. Pasal Keenam, Tanggung Jawab pendidikan Sosial. Pasal Ketujuh, Tanggung Jawab pendidikan Seksual.
Bagian ketiga terdiri atas tiga pasal. Pasal pertama, Metode dan Sarana Pendidikan yang Berpengaruh pada Anak. Pasal Kedua, Kaidah-kaidah Asasi dalam Pendidikan Anak. Pasal ketiga, Saran Pendidikan yang Penting.

Bagian Pertama

Pada Bagian awal, penulis menjelaskan keterkaitan antara pernikahan ideal dan pendidikan anak. Pernikahan ideal dalam Islam adalah pernikahan berlandaskan pada iman atau ketauhidan. Yang menjadi prioritas seorang muslim atau seorang muslimah dalam memilih pasangan hidupnya seyogyanya adalah agama atau keshalihannya. Hal ini sangat penting karena pada hakikatnya pernikahan adalah pondasi yang akan membentuk keluarga, melahirkan generasi-generasi penerus yang akan menjadi pembangun peradaban di masyarakat.

Pernikahan merupakan fitrah manusia yang menjaga kemaslahatan sosial seperti melindungi kelangsungan hidup manusia, menjaga nasab, melindungi masyarakat dari kerusakan moral, melindungi masyarakat dari berbagai penyakit, menentramkan jiwa dan rohani, menjalin kerjasama antara suami istri dalam membangun keluarga, menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan.

Pernikahan yang ideal harus berdasarkan pilihan, yakni yang pertama hendaknya berdasarkan agama, berdasarkan keturunan dan kemuliaan, memilih orang yang jauh dari hubungan kekerabatan supaya terhindar dari penyakit, hendaknya mengutamakan yang masih gadis dan memilih wanita yang subur karena Rasullullah akan bangga dengan jumlah umatnya yang banyak.

Sudah menjadi fitrah bahwa setiap orang tua yang dianugerahi anak memiliki rasa cinta dan sayang kepada anaknya. Rasa sayang akan mendorong orang tua untuk melindungi, memberi perhatian, dan memenuhi hak-hak anaknya secara lahir dan batin. Seorang muslim tidak diperbolehkan membenci anak perempuan seperti orang-orang zaman jahiliyah yang tidak menghendaki anak perempuan hingga mereka mengubur bayi perempuan. Naudzubillah. Itu adalah perbuatan terkutuk.

Seorang muslim harus menerima segala ketetapan Allah dengan rasa syukur dan sabar. Dalam menghadapi kematian anak pun orang tua harus sabar karena anak tersebut akan memberi syafaat kepada kedua orang tuanya di hari kiamat. Bagaimana pun besarnya perasaan cinta orang tua terhadap anaknya, tetaplah harus senantiasa mengutamakan kepentingan Islam termasuk berjihad di jalan-Nya.

Dalam mendidik anak (usia kanak-kanak dan pubertas) terdapat tahapan-tahapan, yakni: mengingatkan atau memberikan nasihat, mengancam, memboikot,  sampai tindakan memukul yang tidak melukai. Namun, seorang pendidik hendaknya jangan sampai mengutamakan cara yang keras ketika cara yang ringan masih bisa ditempuh.

Seorang Pendidik hendaknya memberikan ucapan selamat dan rasa turut bergembira ketika seseorang melahirkan, Mengumandangkan adzan dan iqamah ketika anak terlahir, mentahnik anak dengan kurma, mencukur rambut anak, memberi nama anak dengan nama yang baik. Disunnahkan untuk melaksanakan aqiqah di hari ketujuh atau di hari lainnya. Anak laki-laki di aqiqahi dua kambing dan anak perempuan diaqiqahi satu kambing. Kemudian, diwajibkan khitan ketika anak (Laki-laki) mendekati masa balig. Hikmah dari khitan, pangkal kefitrahan syiar Islam dan syariat, membedakan muslim dan umat lainnya, bukti pengakuan peribadatan kepada Allah, dan menyehatkan.

Kenakalan pada anak bisa disebabkan hal-hal berikut,
  1. Kemiskinan yang mendera keluarga
  2. Perselisihan dan percekcokan antara ayah dan ibu
  3. Perceraian yang disertai kemiskinan
  4. Kesenggangan yang menyita masa kanak-kanak dan remaja
  5. Lingkungan dan teman yang buruk
  6. Perlakuan yang buruk dari orang tua
  7. Tayangan film Kriminal dan Pornografi
  8. Merebaknya pengangguran di masyarakat
  9. Keteledoran orang tua akan pendidikan anak
  10. Anak yatim

“Alangkah baiknya para orang tua dan pendidik untuk berjalan di jalan Islam dan manhajnya yang lurus dalam mendidik anak. Sehingga mereka bisa menyaksikan anak-anak tersebut bagaikan malaikat dalam hal kesucian rohnya, kejernihan jiwanya, kebersihan hatinya, dan ketaatan kepada perintah Rabbnya.
Hal 100

Bagian Kedua

Salah satu tanggung jawab pendidikan paling besar yang mendapat perhatian Islam adalah tanggung jawab para pendidik terhadap siapa saja yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengajari, mengarahkan, dan mendidik. Sebetulnya ini adalah tanggung jawab yang besar, berat, dan urgen. Sebab tanggung jawab ini dimulai sejak kelahiran hingga anak tumbuh sampai pada tahap usia pra pubertas dan pubertas hingga menjadi seorang mukallaf (terbebani kewajiban).

Hendaknya para pendidik mengetahui batasan-batasan tanggung jawab mereka, tahapan-tahapan yang dilaluinya, dan sisi-sisinya yang beragam. Agar mereka bisa menegakkan tanggung jawab mereka dengan sesempurna mungkin dan semulia mungkin. Adapun tanggung jawab yang paling utama adalah tanggung jawab pendidikan iman, moral, fisik, akal, kejiwaan, sosial, dan seks.

Tanggung Jawab Pendidikan Iman

Maksud dari tanggung jawab pendidikan Iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan, rukun Islam, dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami. Pendidikan Iman ini berlandaskan pada wasiat Rasulullah Saw. dan petunjuknya.
1)      Membuka kehidupan anak dengan kalimat Tauhid La Ilaha Illallah
2)      Mengajarkannya masalah halal dan haram setelah ia berakal
3)      Memerintahkannya untuk beribadah saat umurnya tujuh tahun
4)      Mendidiknya untuk mencintai Nabi, keluarganya, dan cinta membaca Alquran.

Batasan-batasan tanggung jawab dalam menumbuhkembangkan anak di atas keimanan dan prinsip dasar Islam.
1)       Membina mereka untuk selalu beriman kepada Allah dengan jalan ta’ammul (merenungi) dan tafkir (memikirkan penciptaan langit dan bumi) yang diberikan saat mereka memasuki usia tamyiz (bisa membedakan mana yang baik dan buruk)
2)      Menanamkan ruh kekhusyukan, takwa, dan ibadah kepada Allah Rabb semesta Alam dengan cara membuka penglihatan mereka terhadap kekuasaan Allah yang penuh keajaiban.
3)      Mendidik dalam diri mereka ruh muraqabatullah (merasa diawasi Allah) dengan cara melatih seorang anak agar merasa dirinya diawasi Allah. Ajarkanlah keikhlasan kepada Allah dalam setiap perkataan, perbuatan, dan semua perilakunya.

Tanggung Jawab Pendidikan Moral

Keluhuran akhlak, tingkah laku, dan watak adalah buah keimanan yang tertanam dalam  menumbuhkan agama yang benar.

Para pendidik bertanggung jawab terhadap pembentukkan moral anak-anak semenjak mereka kecil, seperti kejujuran, amanah, istiqamah, itsar, menolong orang yang kesusahan, menghormati orang tua, memuliakan tamu, berbuat baik kepada tetangga, dan saling mencintai terhadap sesama.

Mereka juga bertanggung jawab untuk menyucikan lisan-lisan mereka dan celaan, percekcokan, kata-kata keji dan kotor, serta segala yang menimbulkan kerusakan moral dan keburukan pendidikan.

Para pendidik harus memberikan perhatian dan pengawasan yang serius terhadap tingkah laku anak. Ada empat hal perbuatan yang harus dihindarkan dari anak-anak, yaitu: gemar berbohong, gemar mencuri, gemar mencaci, kenakalan dan penyimpangan.

Rasulullah telah menjelaskan bagi para orang tua, wali, dan para pendidik akan metode ilmiah, dan dasar-dasar yang benar dalam pendidikan anak.
1)      Menghindarkan anak dari perilaku ikut-ikutan (taklid buta)
2)      Mencegahnya agar tidak tenggelam dalam kesenangan
3)      Melarangnya mendengar musik dan nyanyian porno

Beberapa penyebab kerusakan moral dan penyimpangan perilaku pada anak, diantaranya: Orang tua membiarkan  anaknya bergaul dengan teman yang tidak baik; menonton film-film yang mengandung pornografi dan kekerasan; memperkenankan anak membeli majalah-majalah atau gambar-gambar yang mempertontonkan aurat; meremehkan perintah mengenakan hijab bagi keluarga dan memberi keleluasaan untuk bepergian dan bersolek; tidak mengawasi anak dengan baik.

Tanggung Jawab Pendidikan Fisik

Islam telah menggariskan beberapa metode dalam mendidik fisik anak-anak supaya para pendidik mengetahui besarnya tanggung jawab dan amanah yang telah Allah bebankan. Beberapa tanggung jawab tersebut adalah:
1)      Kewajiban memberikan nafkah kepada keluarga dan anak
2)      Mengikuti aturan-aturan kesehatan dalam makan dan minum
3)      Membentengi diri dari penyakit menular
4)      Mengobati penyakit
5)      Menerapkan prinsip tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.
6)      Membiasakan anak gemar berolahraga dan menaiki tunggangan
7)      Membiasakan anak untuk zuhud dan tidak larut dalam kenikmatan
8)      Menanamkan karakter bersungguh-sungguh dan perwira kepada anak.

Fenomena membahayakan yang meliputi kehidupan anak-anak yang wajib diwaspadai.
1)      Fenomena Rokok
2)      Fenomena onani
3)      Fenomena minuman keras dan narkoba
4)      Fenomena perzinaan dan homoseksual

Tanggung Jawab Pendidikan Akal

Pendidikan rasio (akal) yaitu membentuk pola pikir anak terhadap segala sesuatu yang bermanfaat baik berupa ilmu syar’I, kebudayaan,  ilmu modern, kesadaran, pemikiran, dan peradaban. Sehingga anak menjadi matang dalam pemikiran dan terbentuk secara ilmu dan kebudayaan.

Pendidikan keimanan adalah fondasi, pendidikan fisik adalah persiapan dan pembentukan, pendidikan akhlak adalah penanaman dan pembiasaan. Adapun pendidikan rasio adalah penyadaran, pembudayaan, dan pengajaran. Semuanya saling berkaitan melengkapi di dalam usaha membentuk pribadi anak yang sempurna agar menjadi manusia yang lurus dalam melaksanakan kewajiban, menyampaikan risalah, dan menegakkan tanggung jawabnya.

Tiga permasalahan dalam pendidikan rasio yang harus ditempuh para pendidik.
1)      Kewajiban mengajar

Tanggung jawab ini sangat penting dan besar dalam Islam. Para pendidik termasuk orang tua diberi amanah untuk mengajarkan dan mendidik anak-anak mereka; menumbuhkan kesadaran mempelajari berbagai macam kebudayaan dan ilmu; memfokuskan kemampuan berpikir untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam, pengetahuan yang murni, dan pertimbangan yang matang. Dengan ini semua kecerdasannya akan tampak, akalnya akan semakin matang, dan kecerdikannya akan muncul.

Seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan menuntut ilmu dan mengajarkannya. Sebab, Ilmu adalah cahaya yang memajukan peradaban manusia. Hendaknya para pendidik memulai memberikan pengajaran membaca Alquran sejak awal masa kanak-kanak karena pada masa itu anak-anak memiliki pemikiran yang jernih, daya dan ingatan yang kuat, dan semangat yang tinggi.

2)      Kesadaran pemikiran

Menumbuhkan kesadaran berpikir adalah hubungan seorang anak dengan Islam sebagai agama dan Negara; hubungannya dengan alquran sebagai undang-undang dan syariat; hubungannya dengan sejarah Islam yang gemilang sebagai kemuliaan dan ketinggian; wawasan keislaman sebagai ruh dan pemikiran.

Seorang pendidik harus menuntun anaknya agar mengetahui hakikat agama Islam serta dasar, syariat, dan hukum apa saja yang terkandung di dalamnya. Para pendidik harus benar-benar menyerahkan anak-anak mereka kepada para pembimbing yang berilmu dan ikhlas yang bisa mengajarkan agama islam sebagai sistem yang bersifat universal dan komprehensif. Para pendidik harus meluruskan pemikiran mereka manakala terasuki pemikiran yang sesat dan menyesatkan.

3)      Kesehatan akal
Batasan-batasan tanggung jawab orang tua dalam menjaga kesehatan akal anak-anak adalah menjauhkan mereka dari kerusakan-kerusakan yang terjadi di masyarakat. Hal-hal tersebut memiliki dampak buruk terhadap akal dan daya ingat, serta jasmani manusia secara umum. Kerusakan tersebut adalah mengonsumsi minuman keras, kebiasaan onani, merokok, dan rangsangan-rangsangan seksual.

Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan

Pendidikan kejiwaan adalah mendidik anak semenjak usia dini agar berani dan terus terang, tidak takut, mandiri, suka menolong orang lain, mengendalikan emosi, dan menghiasi diri dengan segala bentuk kemuliaan diri baik secara kejiwaan dan akhlak secara mutlak. Sasaran pendidikan ini adalah membentuk anak, menyempurnakan, serta menyeimbangkan kepribadiannya sehingga saat ia memasuki usia taklif, ia telah mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan baik dan penuh makna.  

Faktor-faktor yang menghancurkan eksistensi kepribadian anak (gangguan psikologis)
1)      Minder, solusinya adalah membiasakan anak bergaul dengan orang lain
2)      Takut, solusinya tumbuhkanlah keimanan, beribadah, dan berserah diri kepada Allah.; berikanlah kebebasan bertindak, dan membiasakannya memikul tanggung jawab; tidak menakut-nakuti anak dengan hantu, setan dsb; memberikan kesempatan kepada anak untuk bergaul dengan orang lain, mengajarkan seni berperang Rasulullah saw, sikap kepahlawanan, akhlak-akhlak terpuji tokoh-tokoh besar.
3)      Perasaan memiliki kekurangan, solusinya mengokohkan keyakinan terhadap takdir Allah; bertahap dalam mendidik anak; membiasakan hidup sederhana, percaya diri, menanggung beban, dan berani; Meneladani Rasulullah Saw.
4)      Hasad (Iri hati), solusinya, mencurahkan cinta kasih kepada anak; mewujudkan keadilan di antara sesama anak; menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan hasad.
5)      Marah, solusinya membiasakan anak untuk bisa mengatasi rasa marahnya dengan mengubah posisi tubuhnya, mengambil air wudhu, diam, dan meminta pertolongan kepada Allah dari godaan setan.

Tanggung jawab Pendidikan Sosial

Pendidikan sosial adalah mengajari anak semenjak kecilnya agar berpegang pada etika sosial yang utama dan dasar-dasar kejiwaan yang mulia bersumber dari akidah islam yang abadi dan perasaan keimanan yang tulus. Tujuannya adalah agar seorang anak tampil di masyarakat sebagai generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, beradab, seimbang, berakal yang matang, dan berperilaku yang bijaksana.

1)      Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia
Untuk menanamkan prinsip dasar kejiwaan ini di dalam individu dan masyarakat Islam, nabi Saw. memberikan arahan dan wasiat yang lurus. Prinsip yang harus ditanamkan, yaitu
a)      Takwa
 Takwa adalah sebuah perasaan dalam sanubari, kelembutan dalam perasaan, rasa takut yang terus menerus, kewaspadaan yang tiada henti, dan menghindari hambatan di tengah jalan. Takwa mampu menghindarkan diri dari kerusakan, kejahatan, dan dosa-dosa.
b)      Persaudaraan
Persaudaraan adalah ikatan hati yang melahirkan perasaan yang mendalam akan kelemahlembutan, kecintaan, dan penghormatan kepada siapa saja yang terikat kepadanya karena akidah Islam, keimanan, dan ketakwaan. Rasa persaudaraan akan membentuk sikap positif, seperti saling menolong, itsar, berkasih sayang, dan memaafkan.
c)       Kasih Sayang
Kasih sayang adalah perasaan halus dalam hati, kelembutan dalam sanubari, dan kepekaan perasaan yang bisa menumbuhkan perasaan simpati kepada orang lain dan lemah lembut kepada mereka. Kasih sayang dapat menjauhkan diri dari tindakan menyakiti orang lain, kejahatan, dan sumber kebajikan.
d)      Itsar
Itsar adalah perasaan jiwa yang terwujud dalam bentuk mengutamakan orang lain daripada diri sendiri dalam kebaikan dan kepentingan pribadi yang bermanfaat. Itsar adalah perangai yang baik selama bertujuan mencari keridhaan Allah.
e)      Memaafkan orang lain
f)       Keberanian
2)      Menjaga hak orang lain, yaitu hak orang tua, hak kerabat, hak tetangga, hak guru, hak teman, hak orang yang lebih tua, kewajiban melaksanakan etika bermasyarakat, pengawasan dan kritik sosial.
Tanggung Jawab Pendidikan Seks

Pendidikan seks adalah memberikan pengajaran, pengertian, dan keterangan yang jelas kepada anak ketika ia sudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan seks dan pernikahan. Sehingga ketika anak memasuki usia baligh dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hidupnya, ia tahu mana halal haram, dan sudah terbiasa dengan akhlak Islam. Sikapnya baik, tidak mengumbar nafsunya dan tidak bersikap permisif.

Fase dalam pendidikan seks yang harus diperhatikan orang tua
1)      Usia 7-10 tahun, dinamakan juga dengan kanak-kanak usia akhir, anak-anak diajarkan etika meminta izin untuk masuk ke kamar orang tua dan orang lain, serta etika melihat lawan jenis.
2)      Usia 10-14 tahun, dinamakan juga usia remaja. Anak dijauhkan dari segala yang mengarah kepada seks.
3)      Usia setelah balig yang dinamakan dengan usia pemuda/pemudi. Anak diajarkan tentang cara-cara menjaga kehormatan dan menahan diri ketika ia belum mampu untuk menikah.

Langkah-langkah yang harus dilakukan pendidik untuk mengarahkan anak berkaitan dengan seks
  1. Etika meminta izin
Keharusan meminta izin ada pada tiga waktu dan keadaan, yaitu : sebelum shalat fajar, tengah hari, dan setelah shalat isya. Pendidik harus menjadikan etika Alquran sebagai acuan dalam mengajarkan anak, saat ia sudah mulai memahami etika meminta izin masuk ke kamar orang tuanya.
  1. Etika Melihat mahram, etika melihat tunangan, etika melihat istri, dan etika melihat perempuan yang bukan mahram.
  2. Menjauhkan anak dari hal-hal yang merangsang hasrat seksual
  3. Mengajarkan anak hukum-hukum syar’I yang berhubungan dengan usia remaja dan dewasa
  4. Pernikahan dan hubungan seks
  5.  Menjaga kesucian diri bagi yang belum mampu menikah
  6. Bolehkah menjelaskan Seks secara terang-terangan kepada anak?
Alquran meliputi juga sejumlah wawasan yang berkaitan dengan seks yang tidak apa-apa untuk diungkapkan dan dijelaskan ciri-cirinya. Wawasan ini harus dipahami oleh semua orang.

Hendaknya setiap orang tua selalu teringat firman Allah Swt. ini yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim, 66: 6)

Bagian Ketiga

Pasal kesatu: Metode dan Sarana yang Berpengaruh Pada Anak

Seorang pendidik yang baik akan selalu mencari sarana dan metode pendidikan yang sangat berpengaruh dalam pembentukkan akidah dan akhlak anak, dalam pembentukkan pengetahuan, mental, dan sosialnya. Sehingga anak dapat mencapai ciri-ciri kesempurnaannya, lebih matang, serta lebih menonjol ciri kedewasaan dan kestabilan emosinya.

Sarana dan metode pendidikan yang sangat berpengaruh dalam pembentukkan akidah dan akhlak anak berpusat pada lima perkara, yaitu:

1)      Mendidik dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersiapkan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal itu dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku pendidiknya, meniru akhlaknya baik disadari atau tidak. Bahkan, semua perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi bagian dari persepsinya. Rasulullah adalah teladan yang sempurna bagi umatnya.

2)      Mendidik dengan kebiasaan
Telah ditetapkan dalam syariat Islam bahwa anak semenjak lahir sudah diciptakan dalam keadaan bertauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah. Dari sini tibalah saatnya pembiasaan, pendiktean, dan pendisiplinan mengambil perannya dalam pertumbuhan anak dan menguatkan tauhid yang murni, akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus.

Anak adalah amanah bagi orang tuanya. Hatinya yang suci adalah substansi yang berharga jika ia dibiasakan dengan kebaikan ia akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagia di dunia dan akhirat. Adapun jika ia dibiasakan dengan kejelekan ia akan sengsara dan celaka. Oleh karena itu, menjaga anak adalah dengan mendidik, mendisiplinkan, dan mengajarkan akhlak-akhlak terpuji.

3)      Mendidik dengan nasihat
Nasihat memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam. Sehingga tidak heran kalau  Alquran mengajak bicara kepada setiap jiwa serta mengulang-ngulangnya pada banyak ayat.
Cara Alquran dalam menyampaikan nasihat menggunakan beberapa gaya bahasa, yakni:
a)      Seruan persuasif yang disertai pengambilan hati dan pengingkaran.
Contoh dalam (QS. AlBaqarah (2): 132) melalui ungkapan nabi Ibrahim dan Yaqub
“Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.”
b)      Gaya bahasa kisah yang disertai pelajaran dan nasihat
Contoh dalam QS. An nazi’at(79): 15
“Sudah sampaikah kepadamu (Ya Muhammad) kisah Musa?”
c)       Pengarahan Alquran yang mengandung pesan dan nasihat
Contoh dalam (QS. Adz-Dzariyat (51): 20-21)
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Metode yang digunakan Rasulullah Saw. dalam menyampaikan nasihat
a)              Metode berkisah, misalnya kisah Si Lepra, si Botak, dan Si Buta, dan Kisah kayu yang ajaib
b)             Metode dialog dan bertanya
c)              Memulai penyampaian nasihat dengan sumpah atas nama Allah
d)             Menyisipkan canda atau gurauan
e)             Mengatur pemberian nasihat untuk menghindari rasa bosan
f)               Membuat nasihat yang sedang disampaikan dapat menguasai pendengar
g)              Menyampaikan nasihat dengan memberi contoh
h)             Memberi nasihat dengan peragaan tangan
i)                Melalui media gambar dan penjelasan
j)               Dengan praktik
k)              Dengan memanfaatkan momen atau kesempatan
l)                Beralih kepada yang paling penting
m)           Dengan menunjukkan perkara yang diharamkan

4)      Mendidik dengan perhatian/ pengawasan
Orang tua dan pendidik harus selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak mereka di semua aspek kehidupan (keimanan, ketakwaan, praktik ibadah, akal, akhlak, jasmani, mental/jiwa, dan sosial) dan pendidikannya.

5)      Mendidik dengan hukuman
Hukum-hukum yang terdapat dalam syariat Islam mencakup prinsip-prinsip yang holistik yang mengandung perkara-perkara penting. Para ulama ijtihad dan ushl fikih merangkumnya ke dalam lima perkara, yaitu: menjaga agama, jiwa, kehormatan, akal, dan harta.

Hukuman bagi pelanggar syariat disebut dengan had dan ta’zir. Had adalah hukuman yang ditentukan kadarnya oleh syariat yang menjadi hak Allah dan kewajiban bagi hamba-Nya, diantaranya: had irtidad, had membunuh jiwa, had mencuri, had menuduh berzina, had zina, had bagi yang berbuat kerusakan di muka bumi,  had minum minuman keras.

Adapun ta’zir yaitu hukuman yang tidak ditentukan ukurannya oleh syariat yang wajib dilakukan sebagai hak Allah atau manusia, dalam setiap maksiat yang tidak termasuk pelanggaran had dan tidak juga kifarat. Contohnya, seperti teguran atau pencegahan dan sebagai pendidikan yang mengandung maslahat untuk umat.

Hukuman merupakan solusi yang pasti dan tegas untuk mengatasi masalah bangsa dan umat serta menjaga keamanan dan kestabilan. Bangsa yang hidup tanpa adanya hukuman bagi orang yang melakukan kejahatan adalah bangsa yang hedonis dan menyimpang.Mereka hidup dalam kekacauan sosial yang tidak pernah berhenti, tenggelam dalam kriminalitas yang kontinu.

Ketika Allah menetapkan hukuman bagi para hamba-Nya, maka dialah yang paling mengetahui dengan apa  yang ditetapkan-Nya itu. Seandainya menurut Allah hukuman itu tidak dapat mewujudkan keamanan dan kestabilan bagi individu dan masyarakat, pasti Allah tidak akan mensyariatkan hukuman had bagi mereka.

Cara yang diajarkan Islam dalam memberikan hukuman kepada anak
1)      Bersikap lemah lembut adalah hal yang pokok dalam memperlakukan anak
2)      Memperhatikan karakter anak yang melakukan kesalahan
3)      Memberi hukuman secara bertahap dari yang ringan sampai yang keras

Pendidik haruslah menjadi seorang yang bijak dalam menggunakan hukuman yang sesuai dengan tingkat kecerdasan anak, pengetahuan, dan wataknya. Pendidik harus mencari penyebab yang mendorong anak melakukan kesalahan, memperhatikan usianya, pengetahuannya,  serta lingkungannya. Semua itu dapat membantu pendidik untuk mendiagnosis penyakit lalu memberikan solusi yang sesuai dengan keadaan anak.

Cara Rasulullah dalam mengatasi penyimpangan anak
1)      Menunjukkan kesalahan dengan mengarahkannya
2)      Menunjukkan kesalahan dengan sikap lembut
3)      Menunjukkan kesalahan dengan isyarat
4)      Menunjukkan kesalahan dengan menegur
5)      Menunjukkan kesalahan dengan menjauhinya
6)      Menunjukkan kesalahan dengan hukuman yang menyadarkan

Pasal kedua: Kaidah-Kaidah Asasi dalam Pendidikan

Sifat-sifat dasar yang harus dimiliki seorang pendidik
1)      Ikhlas
2)      Takwa
3)      Berilmu pengetahuan
4)      Santun/ pemaaf
5)      Menyadari tanggung jawab

Setiap pendidik yang beriman, berakal, cerdas, dan bijaksana harusa bangkit untuk mengemban tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Ia harus menyadari bahwa murka Allah menantinya jika ia menyia-nyiakan tanggung jawab tersebut. Pada hari kiamat, tanggung jawab tersebut amatlah berat dan sulit saat dihisab.

Pendidik juga harus mengetahui dan mewaspadai bahwa terdapat rencana-rencana besar dan konspirasi yang dilakukan nonmuslim dalam upaya merusak dan menghancurkan individu, keluarga, dan masyarakat muslim. Mereka bertujuan merusak akidah  dan akhlak umat Islam dengan prinsip anti agama yang sesat, minuman keras, seks, syahwat, dan taklid buta.

Mereka yang melakukan konspirasi berdasarkan keberadaan data yang faktual yaitu orang-orang komunis, kaum salibis, Yahudi dan Freemansory, dan kaum imperialis/kolonialis.

Pendidik harus lebih keras berusaha untuk melaksanakan kewajiban yang diberikan Islam dengan memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya kepada anak, membimbing keluarga, dan mengarahkan semua orang yang menjadi tanggung jawab Anda.

Kaidah-kaidah Asasi dalam pendidikan Anak
1)      Kaidah ikatan yang terdiri atas ikatan akidah, ikatan rohani (ibadah, Alquran, masjid, dzikrullah, dan olahraga)
2)      Kaidah memberi peringatan
Seorang pendidik perlu memahami hal-hal berikut, pertama, peringatan yang kontinu bagi anak dapat menanamkan ke dalam hatinya kebencian kepada kejelekan dan kerusakan. Kedua, mengetahui hakikat penyimpangan, keyakinan antituhan/agama, dan sikap hedonisme  dapat menambah semangat pendidik untuk serius menjalani tanggung jawabnya.

Peringatan-peringatan penting
(1)    Peringatan dari kemurtadan
(2)    Peringatan terhadap Atheisme
(3)    Peringatan dari hiburan yang haram
(4)    Peringatan dari taklid buta
(5)    Peringatan dari kerusakan akhlak
(6)    Peringatan dari yang haram

 Pendidik haruslah menjaga keseimbangan antara kaidah ikatan dan kaidah peringatan, menyatukan antara sikap aktif dan pasif, dan selalu mengawasi anak di setiap gerak-geriknya. Sehingga ketika melihat adanya penyimpangan pada anak, ia bisa langsung mengembalikan ke jalur yang seharusnya.

Pasal ketiga: Sarana Pendidikan
 Beberapa saran pendidikan yang sangat diperlukan yang meliputi berbagai sarana pendidikan
1) Memotivasi anak untuk melakukan usaha atau pekerjaan yang mulia
2) Memperhatikan kesiapan anak secara fitrahnya
3) Memberikan anak kesempatan untuk bermain dan bersantai
4) Mengadakan kerja sama antara rumah, masjid, dan sekolah
5) Menguatkan hubungan antara pendidikan dan anak
6) Selalu menjalankan manhaj pendidikan
7) Menyiapkan sarana wawasan yang bermanfaat untuk anak
8) Memotivasi anak untuk selalu membaca dan menelaah
9) Anak selalu menyadari tanggung jawabnya terhadap Islam
10) Memperdalam semangat jihad anak dalam dirinya

Berjanjilah kepada Allah untuk menjalankan manhaj Islam dalam mendidik anak. Bulatkanlah tekad untuk melaksanakan kewajiban menerapkan manhaj tersebut dengan setiap fasenya segala aspeknya dan semua bagiannya. Laksanakanlah tanggung jawab Anda dan lakukanlah kewajiban Anda agar terwujud di dalam tubuh masyarakat Islam keshalehan anak-anak dan keluarga dan terwujudnya para pejuang demi kemuliaan Islam.

“Dan katakanlah, bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah (9): 105)”

Buku ini menjelaskan metode mendidik anak secara islami dengan sangat detail dan menyeluruh. Dilengkapi pula dengan dalil-dalil atau keterangan dari Alquran dan Al hadist berkaitan dengan pendidikan anak. Tambahan lagi, terdapat penjelasan atau keterangan dan pendapat dari salafushalih dan alim ulama. Penjelasannya sangat gamblang dan lugas. Namun, ada beberapa keterangan (dalil Alquran dan hadist) yang disampaikan berulang karena mungkin pembahasannya memang berkaitan. Buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca para orang tua atau pendidik (guru) yang ingin mendidik anak-anaknya dengan manhaj Islam yang lurus.

Wassalam














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mengikuti Educamp Bagi Anak

oleh Anne Heryane Foto:dok.pribadi Setiap orang tua tentu berharap anaknya tumbuh sehat dan cerdas. Kecerdasan anak yang beragam perlu diasah untuk kesuksesannya kelak. Salah satu kegiatan yang mampu mengasah kemampuan berpikir, bersosialisasi, kemandirian, tanggung jawab, disiplin, dan kekuatan fisik anak adalah dengan kegiatan educamp. Kegiatan educamp merupakan kegiatan berkemah di alam terbuka yang diselenggarakan oleh pihak sekolah atau training center. Selain berkemah, anak-anak melakukan kegiatan hiking, memasak, dan permainan-permainan mendidik serta menantang lainnya yang membangun jiwa kepemimpinan anak.  Kegiatan berkemah di sekolah identik dengan kegiatan ekskul pramuka. Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk anak-anak. Manfaatnya antara lain, Menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan alam sekaligus menjaganya dari kerusakan.  Melatih kemandirian, kedisiplinan, dan kepemimpinan  Mengasah kemampuan untuk mencari solusi dari setiap masalah yang di

Pekan Pertama Anak Bersekolah TK

                                  Foto: dok. pribadi Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu, melihat anak pertama kali masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak. Sebagai orang tua tentunya saya merasa antusias sekali menanti momen seperti ini. Begitu pula anak-anak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut penuh semangat menyambut hari pertamanya bersekolah.  Kali ini yang masuk sekolah taman kanak-kanak adalah putra ketiga kami, namanya Muhammad Azzam. Alhamdulillah tak terasa waktu berlalu hingga sampailah saat di mana anak bungsu kami mulai memasuki pendidikan formalnya, yakni sekolah TK.  Kami memutuskan untuk menyekolahkan Azzam di TK Amanah Bunda jaraknya kira-kira 150 meter dari rumah. Cukup dekat memang. Sekolah ini memiliki konsep pendidikan yang bag us. Guru-gurunya lulusan universitas ternama. Meski letaknya di desa dan biayanya cukup ramah di kantong, kualitasnya tak kalah dengan sekolah TK di perkotaan.  Alhamdulillah Azzam sudah menginjak usia lima tahun sekarang. Azzam semangat sekal

My First 22 Kilometers (Pencapaian Pertama dalam Olahraga Bersepeda)

Cerita Pengalaman Oleh Anne Heryane Assalammualaikum Wr. Wb. Hello...everybody!  Sudah week end aja lagi nih. Semangat menjalani rutinitas ya! Jangan lupa sempatkan buat olahraga yess. Bagaimana pun sibuknya kamu, fisik harus terus dijaga supaya kondisi badan kamu tetap prima. Well, kali ini emak-emak rempong mau berbagi pengalaman berolahraga  sepeda nih. Sepertinya sih cucok buat materi tantangan ODOP pekan pertama. Let's rock, Baby! Siapa di sini yang suka bersepeda? Ayo tunjuk tangan. Rata-rata semua orang Indonesia dari yang imut-imut sampai yang amit-amit, eh..dari anak-anak, dewasa, sampai orang tua suka bersepeda. Setidaknya, pas kanak-kanak kamu suka main sepeda kan? Pastinya dong. Main sepeda itu asyiknya juara dah. Jangan bilang kalau terakhir kali kamu bersepeda pas usia SD atau SMP.  Hehe Bersepeda itu bukan cuma buat anak-anak loh. Bersepeda itu salah satu alternatif olahraga yang fun and healthy buat semua orang. Jangan merasa tua untuk b