Rabu, 29 Mei 2019
Alhamdulillah, Genap 2 tahun
Kok, rasanya seperti baru kemarin ya. Padahal itu terjadi dua tahun lalu. Pada hari Senin, 29 Mei 2017 bertepatan dengan hari ketiga Ramadan 1438 H. Kandunganku menginjak usia 36 minggu. Waktu sahur tiba, aku memasak untuk santap sahur. Saat memasak aku merasakan sesekali mulas. Namun, aku tak begitu menghiraukannya.
Seperti biasa setelah azan subuh berkumandang, aku mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Namun, rasa mulas disertai ngilu itu semakin sering datang. Rasanya bayi dalam kandunganku mendorong dan menekan seakan ingin segera keluar. Ditambah adanya flek. Aku menyampaikannya kepada suamiku. Ia berpikir bahwa aku akan melahirkan. Begitupula pikirku. Otomatis aku mengurungkan niat untuk berangkat kerja.
Kami pun bergegas pergi menuju RSKIA Astana Anyar yang letaknya kira-kira 10 Km dari rumah kami. Kami memilih tempat bersalin di situ karena tak jauh dari lokasi rumah orang tua. Sebelumnya aku memang sering memeriksakan kandunganku di sana.
Pagi-pagi sekitar pukul 06.30, kami berusaha menerobos jalan dengan menggunakan motor. Kondisi jalan saat itu sedang macet-macetnya. Kami mencoba melalui Jalan Dayeuh Kolot namun baru separuh perjalanan, jalan sudah tampak sangat padat merayap.
Di antara ingar bingar lalu lintas kendaraan yang padat, aku merintih menahan rasa mulas yang semakin intens. Aku berusaha menahan diri dan membujuk bayi dalam kandunganku agar jangan dulu keluar. Sedangkan suami, terus meningkatkan kecepatan seraya mencari jalan-jalan tikus yang bisa dilalui dengan tanpa hambatan.
Jalan Dayeuh Kolot tidak lancar. Suami langsung memutar balik motornya kembali ke Rancamanyar kemudian melewati jalan-jalan pintas, berupa jalan kecil dan gang-gang. Sebab, jalan utama sudah sulit diterobos.
Saat itu kami benar-benar berpacu dengan waktu. Dalam hati, aku terus memanjatkan doa memohon keselamatan. Satu jam setengah, jantung kami terus berdegup cepat di perjalanan. Mulai sedikit lega saat tiba di depan RSKIA pukul 8 pagi. Langsung kami menuju UGD. Di sana sudah ada beberapa bidan. Saat diperiksa ternyata aku sudah pembukaan 7.
Aku berbaring di kasur pasien UGD. Ditanya-tanya identitas oleh perawat lainnya. Sambil merintih karena semakin merasakan mulas. Kesal juga sih waktu itu, lagi sakit begitu terus ditanya-tanyain identitas kan ada di KTP sama kartu keluarga. "Kenapa ga lihat dari situ aja, kan cuma ditanya nama, tanggal lahir dsb." Kebetulan memang suamiku lagi keluar ngurus administrasinya. Tapi ya sudahlah aku jawab saja dengan singkat-singkat.
Setelah diperiksa, aku diberi suntikan oleh bidan. Rasa mulas menjadi-menjadi aku terus menyebut asma Allah. Aku terus berusaha mengucapkan tahlil. Aku takut jika aku memang harus meninggal saat itu. Aku ingin ucapan laa ilaha ilallah yang terakhir keluar dari mulutku. Di samping itu aku terus berdoa semoga dilancarkan.
Terus aku diperiksa tekanan darah. alhamdulillah normal. Kalau tekanan darahnya tinggi harus disesar katanya. "Ya Allah, aku ingin melahirkan normal" ucapku dalam hati. "Ga mau disesar, takut." Rasa mulas semakin tak tertahankan. Serta merta aku mengejan dan sedikit berteriak karena sakitnya. Cairan ketuban pun pecah. Bidan cantik bernama Melisa itu, terus memintaku untuk mengejan. Kutarik napas kembali dan kudorong sekuat tenaga. Kurasakan seperti sesuatu dari perutku mengalir. Alhamdulillah ya Allah, bayiku lahir, tangisannya nyaring sekali. Aku merasa kelahiran anakku yang ketiga ini lebih mudah.
Ya Allah, aku bersyukur sekali. Nyaris saja sosok tubuh mungil itu terlahir di jalan. Tubuh kecilnya sekarang mendekapku. Berat badannya saat itu 2,68 gram dengan panjang badan 49 cm, normal. Ah.. dekapan yang menenangkan. Rasa haru dan bahagia membuncah.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman [55] )
Kami memberinya nama MUHAMMAD AZZAM RAMADHAN. Nama Muhammad diambil karena kami berharap ia menjadi manusia berakhlak mulia seperti teladannya, Muhammad Saw. Azzam berarti tekad yang kuat, kami ingin ia memiliki kesungguhan dan tekad yang kuat untuk menjadi sebaik-baik manusia. Dan, Ramadhan kami sematkan karena ia lahir di bulan yang penuh keberkahan. Semoga saja keberkahan akan selalu melimpahinya. BARAKALLAH. Amin ya Rabb.
Alhamdulillah, Genap 2 tahun
Kok, rasanya seperti baru kemarin ya. Padahal itu terjadi dua tahun lalu. Pada hari Senin, 29 Mei 2017 bertepatan dengan hari ketiga Ramadan 1438 H. Kandunganku menginjak usia 36 minggu. Waktu sahur tiba, aku memasak untuk santap sahur. Saat memasak aku merasakan sesekali mulas. Namun, aku tak begitu menghiraukannya.
Seperti biasa setelah azan subuh berkumandang, aku mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Namun, rasa mulas disertai ngilu itu semakin sering datang. Rasanya bayi dalam kandunganku mendorong dan menekan seakan ingin segera keluar. Ditambah adanya flek. Aku menyampaikannya kepada suamiku. Ia berpikir bahwa aku akan melahirkan. Begitupula pikirku. Otomatis aku mengurungkan niat untuk berangkat kerja.
Kami pun bergegas pergi menuju RSKIA Astana Anyar yang letaknya kira-kira 10 Km dari rumah kami. Kami memilih tempat bersalin di situ karena tak jauh dari lokasi rumah orang tua. Sebelumnya aku memang sering memeriksakan kandunganku di sana.
Pagi-pagi sekitar pukul 06.30, kami berusaha menerobos jalan dengan menggunakan motor. Kondisi jalan saat itu sedang macet-macetnya. Kami mencoba melalui Jalan Dayeuh Kolot namun baru separuh perjalanan, jalan sudah tampak sangat padat merayap.
Di antara ingar bingar lalu lintas kendaraan yang padat, aku merintih menahan rasa mulas yang semakin intens. Aku berusaha menahan diri dan membujuk bayi dalam kandunganku agar jangan dulu keluar. Sedangkan suami, terus meningkatkan kecepatan seraya mencari jalan-jalan tikus yang bisa dilalui dengan tanpa hambatan.
Jalan Dayeuh Kolot tidak lancar. Suami langsung memutar balik motornya kembali ke Rancamanyar kemudian melewati jalan-jalan pintas, berupa jalan kecil dan gang-gang. Sebab, jalan utama sudah sulit diterobos.
Saat itu kami benar-benar berpacu dengan waktu. Dalam hati, aku terus memanjatkan doa memohon keselamatan. Satu jam setengah, jantung kami terus berdegup cepat di perjalanan. Mulai sedikit lega saat tiba di depan RSKIA pukul 8 pagi. Langsung kami menuju UGD. Di sana sudah ada beberapa bidan. Saat diperiksa ternyata aku sudah pembukaan 7.
Aku berbaring di kasur pasien UGD. Ditanya-tanya identitas oleh perawat lainnya. Sambil merintih karena semakin merasakan mulas. Kesal juga sih waktu itu, lagi sakit begitu terus ditanya-tanyain identitas kan ada di KTP sama kartu keluarga. "Kenapa ga lihat dari situ aja, kan cuma ditanya nama, tanggal lahir dsb." Kebetulan memang suamiku lagi keluar ngurus administrasinya. Tapi ya sudahlah aku jawab saja dengan singkat-singkat.
Setelah diperiksa, aku diberi suntikan oleh bidan. Rasa mulas menjadi-menjadi aku terus menyebut asma Allah. Aku terus berusaha mengucapkan tahlil. Aku takut jika aku memang harus meninggal saat itu. Aku ingin ucapan laa ilaha ilallah yang terakhir keluar dari mulutku. Di samping itu aku terus berdoa semoga dilancarkan.
Terus aku diperiksa tekanan darah. alhamdulillah normal. Kalau tekanan darahnya tinggi harus disesar katanya. "Ya Allah, aku ingin melahirkan normal" ucapku dalam hati. "Ga mau disesar, takut." Rasa mulas semakin tak tertahankan. Serta merta aku mengejan dan sedikit berteriak karena sakitnya. Cairan ketuban pun pecah. Bidan cantik bernama Melisa itu, terus memintaku untuk mengejan. Kutarik napas kembali dan kudorong sekuat tenaga. Kurasakan seperti sesuatu dari perutku mengalir. Alhamdulillah ya Allah, bayiku lahir, tangisannya nyaring sekali. Aku merasa kelahiran anakku yang ketiga ini lebih mudah.
Ya Allah, aku bersyukur sekali. Nyaris saja sosok tubuh mungil itu terlahir di jalan. Tubuh kecilnya sekarang mendekapku. Berat badannya saat itu 2,68 gram dengan panjang badan 49 cm, normal. Ah.. dekapan yang menenangkan. Rasa haru dan bahagia membuncah.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman [55] )
Kami memberinya nama MUHAMMAD AZZAM RAMADHAN. Nama Muhammad diambil karena kami berharap ia menjadi manusia berakhlak mulia seperti teladannya, Muhammad Saw. Azzam berarti tekad yang kuat, kami ingin ia memiliki kesungguhan dan tekad yang kuat untuk menjadi sebaik-baik manusia. Dan, Ramadhan kami sematkan karena ia lahir di bulan yang penuh keberkahan. Semoga saja keberkahan akan selalu melimpahinya. BARAKALLAH. Amin ya Rabb.
Komentar