Langsung ke konten utama

Ulasan Cerpen Remaja Berjudul "Titik Buta" Karya MGal

oleh Anne Heryane

Cerita bertema kenakalan remaja di sekolah ini merupakan salah satu potret kehidupan remaja yang sangat tidak menyukai aktivitas sekolah dengan segala tata tertibnya. Di awal cerita, pembaca seakan melihat secara langsung perilaku anak remaja bernama Sidiq di sekolah. Ketika semua teman sekolahnya mengikuti kegiatan rutin yang wajib diikuti oleh seluruh siswa yaitu upacara, Sidiq yang merupakan siswa SMA Jurusan IPS malah berdiam diri di kantin sekolah. 

Tak sekadar itu, ia merokok sampai habis sebatang. Sidiq berpikir kegiatan upacara itu  seperti neraka yang hanya berisi basa basi,  omong kosong, dan cemoohan belaka. Oleh karena itulah, dia lebih memilih duduk di kantin daripada berdiri di lapangan sekolah.

Ia juga merasa benci dengan  sikap teman-teman dan guru-guru yang dianggapnya pilih kasih. Mereka memandang sebelah mata terhadap anak-anak IPS. Sebaliknya, mereka sering mengunggulkan anak-anak IPA yang penurut, pintar, dan teladan. Anak IPS hanya dianggap sebagai anak-anak yang tidak disiplin dan sulit diatur. 

Setelah puas mengisap rokok, Sidiq lalu memesan nasi goreng dan telur. Seorang laki-laki paruh baya memasak nasi goreng untuknya sambil berbincang. Ia bertanya mengapa Sidiq tidak ikut upacara. Sidiq menjawab  bahwa ia malas dan tidak menyukai cemoohan yang diberikan terhadap anak-anak IPS. Bapak yang menggoreng nasi itu sedikit berceramah namun tak digubris oleh Sidiq. 

Sidiq  makan gorengan dan nasi goreng dengan sangat lahap sampai habis seporsi. Lalu, ia membayar nasi goreng yang telah disantapnya. Dengan gesit, ia pergi ke luar kantin untuk pulang tanpa membawa tas dan buku. Namun,  Sidiq memang tidak membawa tas dan buku ke sekolah jadi dia langsung pulang tanpa beban.

Saat hendak ke luar sekolah sidiq dihadang Guru BK. Oleh Guru  BK Sidiq dibawa langsung ke ruang kepsek. Dan alangkah terkejutnya Sidiq, ternyata Bapak yang membuatkan nasi goreng untuknya itu adalah kepala sekolah yang baru. Kepala sekolah mengatakan bahwa Sidiq akan dikeluarkan dari sekolah. 

Pada penutup cerita, saya sebagai pembaca merasa kurang sepakat dengan  keputusan tokoh bapak kepala sekolah yang terlalu cepat memberi keputusan. Saya pikir dalam realitanya tak seperti itu. Ada beberapa prosedur yang harus dijalani seorang siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah sebelum dikeluarkan dari sekolah (drop out). Saya pikir bagian penutup ini mengandung cacat logika. 

Konflik dalam cerita ini sering ditemukan dalam kehidupan nyata remaja di sekolah. Dalam cerita tersebut tokoh Sidiq mengemukakan segala unek-uneknya sebagai siswa. Kebencian terhadap kegiatan sekolah yang baginya begitu menyiksa dan kebencian terhadap sikap teman serta guru yang selalu memandangmya sebelah mata. Konflik yang terkandung dalam cerita ini merupakan konflik batin tokoh sidiq dan konflik dengan lingkungan. Klimaks terasa begitu kentara tatkala Sidiq tertangkap Guru BK saat hendak bolos lalu  dibawa ke ruang kepala sekolah. Di sana ia terkejut setengah mati saat tahu kepala sekolahnnya yang baru adalah lelaki yang memasak nasi goreng di kantin tadi. 

Tokoh utama dalam cerita adalah Sidiq dengan karakternya yang keras kepala, acuh tak acuh, bersikap masa bodoh. Dia mengalami konflik dalam diri dan lingkungan  sehingga berani melakukan pelanggaran-pelanggaran di sekolah. Barangkali di sinilah maksud penulis memberi judul cerita ini "Titik Buta". Tokoh utamanya memang mengalami ketidakmampuan untuk melakukan hal-hal yang sesuai aturan atau norma. Istilah lainnya ia berada dalam titik ketidaksadaran. 

Tokoh pembantu adalah bapak pembuat nasi goreng sekaligus kepala sekolah baru yang bersikap sabar dan tegas kepada sidiq sebagai siswa yang melanggar tata tertib. 

Sudut pandang yang digunakan dalam cerita ini adalah orang ketiga serba tahu. Penulis menempatkan dirinya sebagai pihak di luar cerita. Bahasa yang digunakan penulis mudah dimengerti dan kaya dengan gaya bahasa. Gaya Bahasa yang sering digunakan penulis yaitu asosiasi dan metafora. Inilah yang membuat cerita menjadi lebih menarik. 

Banyak pesan atau amanat yang bisa dipetik dari cerita ini, antara lain:

1. Seorang remaja hendaknya tidak mudah bersikap emosi jika ia menemukan hal-hal yang tidak disukai atau diharapkannya di sekolah. Seyogyanya ia menyikapi segala masalah dengan lapang dada dan tetap bersikap positif. 

2. Senantiasalah fokus mengembangkan diri meskipun berada dalam lingkungan yang kurang mendukung.  Pandanglah sekolah sebagai suatu tempat yang menyenangkan dan mampu mengubah diri menjadi lebih baik. 

3. Bagi masyarakat luas khususnya insan akademik. Hendaknya terus bersikap adil tidak memberikan label buruk kepada remaja yang memang sedang tidak labil. Namun, semua pihak harus bersinergi membimbing generasi bangsa keluar dari permasalahannya dan memotivasi agar menjadi manusia yang berguna kelak. 

Teks Cerita Remaja
Titik Buta
Karya MGal

Asap tipis mengepul di teras kantin sekolah. Asalnya dari sebatang rokok yang Sidiq sulut belum lama ini. Dirinya adalah satu-satunya yang berada di kantin, mendengarkan sayup-sayup suara upacara dari kejauhan. Wajahnya akan benar-benar memerah jika ia berlama-lama berdiri di tempat yang disebut-sebut sebagai lapangan upacara. Disana tak henti-hentinya ia dan teman-teman satu jurusan IPS disiksa, dibanding-bandingkan dengan anak IPA yang katanya penurut, katanya pintar, katanya teladan dan segala omong kosong lainnya. Tidak peduli sesopan apapun atau berapa banyak basa-basi yang dipakai, hinaan, tetaplah hinaan. Karena itu, dari sekian banyaknya orang, hanya Sidiq lah yang berani kabur dan mengendap keluar dari neraka itu.
Tak terasa tersisa puntungnya saja, Sidiq membuangnya asal, lalu mengelus tangannya yang kepanasan. Kemudian, Sidiq beranjak pergi ke dalam kantin yang sepi. Disana berdiri seorang lelaki tua yang tidak dikenalnya, merapikan gorengan dan dagangan lainnya. Sidiq bertanya-bertanya kemana ibu kantin yang biasanya menerima hutang-hutangnya ketika uangnya terbakar jadi asap rokok? masa bodoh, selama ada yang jaga ia bisa makan dengan tenang, sekalipun ngutang.
“Pak, nasi goreng satu, pake telor dadar dua”
“Iya”, lelaki itu menjawab singkat pesanan sidiq.
Sambil menunggu, Sidiq mengambil tempat duduk dan mulai mengunyah gorengan yang ia ambil tanpa ragu-ragu di depannya. Terlihat lelaki itu menenggelamkan gumpalan telur ke wajan penuh minyak. Tapi, karena ia menuangnya terlalu tinggi, kubangan minyak di wajan bercipratan keluar setelah dihantam oleh gumpalan telur tadi. Tidak biasanya, pikir Sidiq.
“Kok, gak ikut upacara mas?”, tanya lelaki sambil membuat pesanan Sidiq.
“Males, ah”, sahut Sidiq
“Kenapa?”
“Males ya males”, Sidiq melempar gorengan ke mulutnya.
“Lho, bukannya sudah jadi kewajiban kalau jadi siswa? mau tidak mau, harus dijalani, kan?”, desak si lelaki. Sebelum menjawab, Sidiq menuang sendiri air dari teko kecil ke gelasnya hingga penuh, meminum separuhnya dan menghela napas.
“Biarpun dibilang kewajiban, aku harus apa? berdiri bak patung, ditimbun oleh panasnya mentari, ditambah dengan panasnya telinga kami mendengar cemooh mereka.”
“Dicemooh gimana mas?”, sela lelaki tua itu.
“Mereka bilang kami tak disiplin, mereka bilang kami memberontak, mereka bilang kami tidak bisa diatur, bahkan mereka menganggap kami tak berguna!”, seru Sidiq.
“Mereka benar-benar bilang gitu, mas?”, tanya si lelaki sambil menyerok telur yang hampir matang.
“Aku bahkan sampai lupa menghitungnya. Yang langsung, yang tidak, yang di depan, yang di belakang, yang teguran, yang bisikan aku sudah dengar semuanya! kewajiban yang dipikul bersama beban itu, bukan kewajiban, tapi kutukan! Cuma orang gila saja yang mau melakukannya!”, Sidiq menenggak sisa air di gelas dengan kasar, kemudian menghela napas berusaha menenangkan emosinya. Si lelaki terdiam sesaat, kemudian menatap Sidiq lagi.
“Apa salahnya? itu sudah biasa. Bekerja sambil menggendong bangkai itu wajar, kan. Mungkin mas belum tahu, tapi waktu kerja itu lumrah sekali, tahu? jadi, kenapa tidak tahan saja bau busuknya?”
“Bapak ini seperti guru saja. Ceramah sana sini, tapi akhir-akhirnya hanya karena gaji, kan?”, tukas Sidiq mendengus. Lelaki tua itu cuma menyunggingkan senyum simpul.
“Mas bilang gitu, tapi mas sendiri menyimpang sendirian ke sini, kan?” balas lelaki. Sidiq tak bicara, hanya diam, lalu mengambil gorengan lagi dan memakannya.
Tak lama kemudian, nasi goreng beserta dua telur dadar sudah tersaji di depan Sidiq
“Sudah jadi”
“Iya”, Sidiq langsung menyantapnya seperti pengemis yang belum makan berhari-hari. Banyak butir nasi berserakan di dekat piring, tapi ini bukan rumahnya, tak ada yang memarahinya, jadi ia tak perlu membersihkannya seperti saat di rumah.
Sidiq mendengar sayup-sayup suara tegas pemimpin upacara, kemudian melalui speaker sekolah ia mendengar suara pria yang tak asing, meskipun jauh, tapi Sidiq tahu pemilik suara itu adalah wakil kepala sekolah.
heh, pemimpinnya anak IPA itu, ya? Tapi, bukannya ada kepala sekolah yang baru hari ini? Dasar pemalas, hari pertama kerja sudah molor, pikir Sidiq. Ceramah upacara atau apa yang disebut dengan amanat Pembina upacara dimulai. Namun, Sidiq asyik dengan santapannya jadi ia mengabaikannya.
Tanpa sadar seporsi nasi goreng telah lenyap. Setelah Sidiq meminum segelas air yang kedua, perutnya benar puas adanya. Ia pun lagi-lagi menghela napas.
“Negara bobrok, karena rakyatnya bodoh, rakyatnya bodoh karena gurunya pilih kasih”.
“Yakin? bicara jelek ke guru seperti itu?”
“Bodo amat, yang penting mereka tidak tahu. Lagian, mereka selalu memanjakan murid-murid penurut, seperti boneka, atau mesin penjawab soal. Oh ya semuanya berapa?”
“… Semuanya jadi tujuh ribu rupiah”, Sidiq asal menarik selembar uang dan meletakkannya di atas meja, kemudian dengan cepat berbalik ke pintu keluar, begitu saja.
“Lho, mas! upacara belum selesai mau kemana?”
“Pulang”
“Terus mana tasnya?”
“Anak sekolah hanya pake kepala, kan? buat apa tas dan buku?”, Sidiq berlari keluar kantin dan lenyap, meninggalkan suara langkah kaki yang kian memudar. Walaupun tak lama kemudian, jeritan terdengar. Menggema, seperti paduan suara.
Sidiq yang harusnya bolos sekolah, tertangkap basah tepat tak lama setelah ia keluar dari kantin. Guru-guru BK dan kesiswaan yang garang itu menyeretnya sepanjang jalan menuju sarang mereka. Anehnya, mereka melewati ruang BK- kandang singa-, tapi lurus menuju ruang kepala sekolah.
Kenapa ke sini? bukannya Kepala Sekolah gak berangkat?, Sidiq merasa was-was untuk alasan yang tidak jelas, ia merasa apa yang menunggu di balik pintu itu adalah akhir baginya.
“Masuklah”, perintah guru BK pada Sidiq. Ia mengikuti instruksi, tapi guru yang membawanya tak ikut masuk. Saat ia berpikir mengapa, pintu sudah tertutup. Singkatnya ia terkurung disini.
Apa ini hukuman model terbaru? Dikurung di ruang Kepsek? Serius?, Sidiq benar-benar bingung sekarang. Untuk saat ini, Sidiq memilih duduk di sebuah kursi tamu yang disediakan.
Sekitar lima menit kemudian, pintu terbuka, sontak Sidiq menoleh ke belakang.
Deg
Sidiq merasa jantungnya berhenti, darah turun mengalir menyisakan wajah pucat pasinya. Seolah Sidiq lupa caranya bernapas, mulutnya ternganga sama lebar dengan matanya. Orang yang masuk adalah seorang guru dilihat dari pakaian dinasnya. Tetapi, apa yang mengejutkan bukanlah itu.
“Selamat pagi Sidiq”, sapa guru itu. Namun Sidiq tak menjawab.
“Ataukah harus bapak panggil mas? Dan apa nasi goreng buatan bapak enak? Tapi yang paling penting … kamu lupa kembaliannya”, uang lembaran tiga ribu rupiah tergeletak rapi, hampir tanpa kerutan.
Pernapasan Sidiq menjadi kacau, ia ingin mengaturnya, tapi ia tak bisa. Ada segudang pertanyaan yang ingin ia mutahkan segera. Namun, tenggorokkannya terasa sesak seolah kawanan lebah bersarang di dalamnya. Tapi, yang paling penting kenapa “dia” ada disini?

Guru itu duduk perlahan dengan tenang dan melipat kedua jarinya bersama-sama di depan mulutnya. “Sekarang mari ke topik utama”, Senyuman lelaki di depannya sangatlah ramah seperti di kantin tadi, tapi Sidiq merasa bulu kuduknya berdiri kaku.
“Sidiq”, katanya perlahan. Guru itu adalah Kepala Sekolah tidak salah lagi, tapi, kepala sekolah itu adalah …
“Kamu dikeluarkan dari sekolah”
Penjaga kantin yang tadi!

Sumber: Cerpenmu. Com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mengikuti Educamp Bagi Anak

oleh Anne Heryane Foto:dok.pribadi Setiap orang tua tentu berharap anaknya tumbuh sehat dan cerdas. Kecerdasan anak yang beragam perlu diasah untuk kesuksesannya kelak. Salah satu kegiatan yang mampu mengasah kemampuan berpikir, bersosialisasi, kemandirian, tanggung jawab, disiplin, dan kekuatan fisik anak adalah dengan kegiatan educamp. Kegiatan educamp merupakan kegiatan berkemah di alam terbuka yang diselenggarakan oleh pihak sekolah atau training center. Selain berkemah, anak-anak melakukan kegiatan hiking, memasak, dan permainan-permainan mendidik serta menantang lainnya yang membangun jiwa kepemimpinan anak.  Kegiatan berkemah di sekolah identik dengan kegiatan ekskul pramuka. Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk anak-anak. Manfaatnya antara lain, Menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan alam sekaligus menjaganya dari kerusakan.  Melatih kemandirian, kedisiplinan, dan kepemimpinan  Mengasah kemampuan untuk mencari solusi dari setiap masalah yang di

Pekan Pertama Anak Bersekolah TK

                                  Foto: dok. pribadi Tiba saatnya yang ditunggu-tunggu, melihat anak pertama kali masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak. Sebagai orang tua tentunya saya merasa antusias sekali menanti momen seperti ini. Begitu pula anak-anak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut penuh semangat menyambut hari pertamanya bersekolah.  Kali ini yang masuk sekolah taman kanak-kanak adalah putra ketiga kami, namanya Muhammad Azzam. Alhamdulillah tak terasa waktu berlalu hingga sampailah saat di mana anak bungsu kami mulai memasuki pendidikan formalnya, yakni sekolah TK.  Kami memutuskan untuk menyekolahkan Azzam di TK Amanah Bunda jaraknya kira-kira 150 meter dari rumah. Cukup dekat memang. Sekolah ini memiliki konsep pendidikan yang bag us. Guru-gurunya lulusan universitas ternama. Meski letaknya di desa dan biayanya cukup ramah di kantong, kualitasnya tak kalah dengan sekolah TK di perkotaan.  Alhamdulillah Azzam sudah menginjak usia lima tahun sekarang. Azzam semangat sekal

My First 22 Kilometers (Pencapaian Pertama dalam Olahraga Bersepeda)

Cerita Pengalaman Oleh Anne Heryane Assalammualaikum Wr. Wb. Hello...everybody!  Sudah week end aja lagi nih. Semangat menjalani rutinitas ya! Jangan lupa sempatkan buat olahraga yess. Bagaimana pun sibuknya kamu, fisik harus terus dijaga supaya kondisi badan kamu tetap prima. Well, kali ini emak-emak rempong mau berbagi pengalaman berolahraga  sepeda nih. Sepertinya sih cucok buat materi tantangan ODOP pekan pertama. Let's rock, Baby! Siapa di sini yang suka bersepeda? Ayo tunjuk tangan. Rata-rata semua orang Indonesia dari yang imut-imut sampai yang amit-amit, eh..dari anak-anak, dewasa, sampai orang tua suka bersepeda. Setidaknya, pas kanak-kanak kamu suka main sepeda kan? Pastinya dong. Main sepeda itu asyiknya juara dah. Jangan bilang kalau terakhir kali kamu bersepeda pas usia SD atau SMP.  Hehe Bersepeda itu bukan cuma buat anak-anak loh. Bersepeda itu salah satu alternatif olahraga yang fun and healthy buat semua orang. Jangan merasa tua untuk b